Beli IndoMet, Adaro rogoh kocek internal



JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk menggunakan dana internal untuk mengakuisisi 75% saham BHP Billiton di PT IndoMet Coal (IMC) senilai US$ 120 juta atau Rp 1,56 triliun.

Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir menjelaskan, Adaro memiliki kemampuan pendanaan yang kuat untuk membiayai akuisisi itu. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi interim kuartal I tahun 2016, kas dan setara kas Adaro tercatat mencapai senilai US$ 709,41 juta.

"Meski begitu, kami mesti efisien dan berpikir antisipatif. Pasalnya, industri batubara itu up and down makanya harus ada reserve," ujarnya, Rabu (8/6).


Garibaldi yang akrab disapa Boy ini bilang, hingga kini pihaknya masih menyiapkan dana akuisisi tersebut. Oleh karena itu, perusahaan tersebut belum menyisihkan anggaran untuk pengembangan proyek-proyek IMC ke depan.

Dia menilai wajar jika BHP memutuskan untuk melepas sahamnya di IndoMet Coal di Indonesia. Pasalnya, kondisi industri pertambangan dunia saat ini telah memaksa perusahaan-perusahaan besar untuk lebih fokus pada aset-asetnya yang mereka kelola di dalam negeri.

Menurut Boy, kesempatan memiliki 100% saham IMC, merupakan hal yang langka. Makanya, ia tak ingin melewatkan momentum ini. Selain memiliki tujuh anak perusahaan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), batubara di tambang ini jenisnya coking coal yang berkalori sangat tinggi dan dipakai untuk industri logam.

"Kalau thermal coal Alhamdullilah sudah banyak pemain-pemainnya di Indonesia. Tapi coking coal ini kesempatan yang langka," ujarnya.

Boy memahami, potensi itulah yang memancing keinginan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk membeli sebagian saham IMC. Hanya saja ia mengingatkan Pemda harus mempertimbangkan keinginannya tersebut dengan matang.

Sebab, investasi bisnis ini sangat besar. Meski tak menjadi pemegang saham, pemerintah daerah tetap bisa mendapatkan kontribusi dari perusahaan tambang yang beroperasi di wilayahnya. Kontribusi berupa pajak, terciptanya lapangan kerja. "Tanpa harus menanggung risiko," tuturnya.

Seperti diketahui, ada tujuh PKP2B di bawah IMC, yakni PT Lahai Coal, PT Ratah Coal, PT Juloi Coal, PT Pari Coal, PT Sumber Barito Coal, PT Kalteng Coal, dan PT Maruwai Coal. Sejauh ini baru Lahai Coal yang telah berproduksi sekitar satu juta ton batubara per tahun sejak 2015.

Pekan lalu,. BHP telah menandatangani perjanjian jual beli saham atau share sales agreement (SSA) dengan PT Alam Tri Abadi, anak usaha PT Adaro Energy.

Dalam keterangan resminya, Presiden Direktur IndoMet Coal James Palmer menyatakan, berdasarkan hasil kajian perusahaan tambang asal Australia tersebut, ada aset-aset dalam portofolio BHP yang lebih menjanjikan untuk dikembangkan di masa yang akan datang.

Presiden Direktur BHP Billiton Indonesia Imelda Adhisaputra menyebut sudah menyampaikan rencana perubahan pemegang saham ke pemerintah. "Kami sudah menyampaikan secara lisan kepada pemerintah," tandasnya.

Sementara itu, pihak Kementerian ESDM akan menunggu laporan akuisisi saham tersebut setelah prosesnya selesai. "Kalau sudah selesai dan jelas perubahan pemegang sahamnya, baru wajib lapor," ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian ESDM Sujatmiko, Rabu (8/6).

Sujatmiko juga mengatakan, pemerintah mengimbau agar Adaro kembali merekrut 60 karyawan BHP atau sebagian besar karyawan tersebut dan melakukan pembicaraan dengan baik terlebih saat ini bulan Ramadhan dan menghadapi lebaran untuk (pembayaran THR).

Selain itu Adaro diharapkan segera menyelesaikan masalah agar tujuh wilayah PKP2B yang diakuisisi dari BHP produksi maksimal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie