Beli mesin baru, Vale Indonesia (INCO) klaim jadi banyak berhemat



KONTAN.CO.ID - LUWU TIMUR. PT Vale Indonesia Tbk mencoba melakukan beberapa efisensi untuk mengerek laba sebelum bunga, pajak dan amortisasi alias earning before interest, tax, and amortisasi (EBITDA). Salah satunya adalah menggunakan bahan bakar dari tenaga listrik. Sejak Mei 2019, emiten berkode saham INCO ini telah mengoperasikan boiler dengan bahan bakar listrik.

Senior Manager Communications Vale Indonesia Bayu Aji mengatakan, model sebelumnya perusahaan ini menggunakan bahan bakar high sulfur fuel oil (HSFO) alias solar. "Boiler baru kami ini mendapat suplai listrik dari PLTA kami. Sehingga bisa dikatakan nol emisi," ujar dia.

Boiler untuk produsen nikel ini menghasilkan uap sehingga berguna untuk proses atomisasi di burner rotary dryer dan reduction klin. Boiler akan memanaskan sulfur yang digunakan dalam proses reduction klin untuk memanaskan bahan bakar.


Baca Juga: Bertandang ke Taman Mining, Sorowako ala Vale Indonesia

Tak hanya ramah lingkungan, kinerja boiler juga sangat menghemat waktu serta biaya. Produksi uap dalam tempo hanya 10 menit dari kondisi panas. Sedangkan boiler model sebelumnya perlu beberapa jam. Biaya operasional boiler baru ini lebih ekonomis 33 kali dibandingkan model sebelumnya atau dapat menghemat sekitar US$ 5 juta per tahun setara dengan Rp 70 miliar setahun.

"Biaya produksi uap dengan boiler listrik US$ 1,63 per ton steam per hour. Sedangkan untuk biaya produksi uap dengan boiler sebelumnya US$ 54,15 per ton steam per hour," papar Bayu. Apalagi jika menggunakan bahan bakar HSFO akan sangat tergantung fluktuasi harga di luar industri ini.

Sedangkan kapasitas produksi uap boiler ini sebesar 31 ton per jam. Tapi untuk kebutuhan saat ini hanya di-set 11 ton per jam dengan power yang dibutuhkan sebesar 8 megawatt. 

Bayu menjelaskan, untuk membangun boiler listrik ini, Vale berinvestasi sekitar US$ 3,9 juta. "Boiler listrik yang digunakan ini bermerek Precision Boiler buatan pabrikan Amerika Serikat. Teknologi ini pertama kali digunakan di Indonesia," jelas dia.

Baca Juga: Sudah ada hitungan valuasi, Vale Indonesia (INCO) siap lakukan divestasi

Bentuk efisiensi lain menurut Bayu juga dilakukan oleh hampir semua divisi. Pada divisi nursery dan reklamasi misalnya. Andri Ardiansyah, Reforestation Engineer PT Vale Indonesia menjelaskan, ada salah satu zat kimia yang biasa digunakan saat penanaman ditiadakan. Tapi sebagai gantinya, perusahaan ini menggunakan pupuk kompos yang memiliki kualitas bagus.

Tak hanya itu menurut Andri, kebutuhan pupuk kompos tersebut pun lebih sedikit ketimbang memakai pupuk kompos dengan kualitas biasa. "Biasanya kami membutuhkan 29 ton kompos untuk tiap hektar (ha), kini dengan kompos kualitas tinggi kami cukup menggunakan 17 ton per ha," terang dia.

Meski begitu biaya kompos sama, tapi dengan kompos kualitas tinggi tersebut INCO bisa lebih berhemat dalam hal zat kimia. "Biasanya kebutuhan biaya penataan lahan sebesar Rp 200 juta hingga Rp 300 juta per ha," terang Andri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi