Beli rumah sekarang, mumpung harga sedang terdiskon



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar properti saat ini sedang mengalami kelesuan. Namun, sejumlah broker dan konsultan properti menilai sekarang adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembelian hunian karena harga properti sedang mengalami diskon besar-besaran.

Hartono Sarwono, Direktur Utama Mandiri Inti Realty (MIR) mengatakan, saat ini harga properti di pasar secondary di segmen menengah atas sedang mengalami penurunan. Pasalnya, banyak investor melepas barangnya ke pasar di tengah kondisi ekonomi yang lagi lesu akibatnya harga jadi jeblok.

Menurut Hartono, rumah atau apartemen seken yang dijual di pasar sekarang turun dari harga pada tahun-tahun sebelumnya sekitar 10%. Bahkan, ada juga yang dilepas ke pasar di bawah harga beli pertama. Hal itu lantaran properti tersebut dibeli kala pasar lagi tinggi dan sekarang mereka sedang butuh uang.


"Sekarang adalah waktu tepat masuk properti secondary karena harga cenderung turun di beberapa lokasi untuk segmen menengah atas. Tetapi perlahan sudah mulai naik. Nanti kalau stok di pasar sudah semakin berkurang, harga akan terus bergerak naik," kata Hartono pada Kontan.co.id (16/9).

Meskipun begitu, Hartono melihat tidak semua produk sekunder turun harga. Produk yang berlokasi di wilayah di mana stoknya sudah tipis seperti di wilayah Kelapa Gading masih mengalami kenaikan. Terutama, properti yang sudah dibeli sejak lama saat harga masih sangat murah.

Sementara di pasar primer, Hartono melihat tidak banyak pengembang yang melakukan peluncuran proyek baru terutama di wilayah yang masih mempunya banyak stok secondary.

Dia bilang, peluncuran baru dilakukan dengan dua cara agar sukses yakni harga lebih murah dari secoandary atau propertinya memiliki konsep yang sangat menarik.

Diskon yang terjadi di pasar saat ini menurut Hartono hanya untuk segmen menengah ke atas. Sedangkan segmen menengah ke bawah masih tetap bergerak karena sasarannya adalah end user atau pembeli terakhir yang tujuannya untuk ditempati.

Sehingga segmen ini tidak bergantung pada booming atau lesunya pasar. Konsumen akan tetap melakukan pembelian rumah kalau mereka membutuhkan.

Adapun wilayah yang potensi penurunan harga paling banyak adalah wilayah Bekasi dan Serpong. Sebab menurut Hartono, jumlah investor beberapa terakhir di dua lokasi ini sangat banyak. Hanya saja, dia merekomendasikan, untuk membeli properti sebaiknya di cari harga yang paling menarik di kawasan yang sudah berkembang dan dilengkapi dengan fasilitas publik yang bagus.

Senada, Andy K Natanael, Founder PROJEK dan PROVIZ mengatakan, saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pembelian properti karena harga di pasar secondary mengalami penurunan.

"Berdasarkan pengalaman saya sendiri dan temen-teman agen, harga secondary sekarang banyak yang turun di bawah harga pembelian awal. rata-rata turun 10%-15%," kata Andy.

Andy melihat, harga properti tahun ini merupakan kondisi paling murah atau bottom. Sehingga jika masuk sekarang maka potensi keuntungan yang bisa diperoleh ke depan akan sangat tinggi sekali.

Menurutnya penurunan harga di pasar sekunder tersebut terjadi karena investor ramai-ramai melepas barangnya ke pasar saat ini di tengah kondisi ekonomi yang lagi lesu. Investor butuh uang, sementara pembeli juga lesu karena stok lagi banyak sekali dan sesama investor sama-sama ingin melakukan penjualan.

"Stok sekarang banyak karena proyek-proyek yang diluncurkan 3-4 tahun yang lalu sekarang banyak yang sudah jadi." kata Andy.

Perlambatan penjualan properti juga diakui oleh Ciputra Group. Perusahaan ini melihat bahwa bahwa pasar properti tahun 2018 ini masih akan berat. Tekanan nilai tukar rupiah dinilai semakin membuat pasar properti sulit untuk menggerakkan langkah kakinya. "Penjualan sangat berat tahun ini. " kat Tulus Santoso, Direktur CTRA baru-baru ini.

Ciputra melihat pasar yang masih ada cerusknya saat ini adalah kelas menengah ke bawah. Oleh karena itu, perusahaan sedang mencoba mendorong peningkatan pasokan di kelas teersebut. "Saat ini kami sedang kekurangan proyek yang kecil-kecil, makanya kami mau dorong proyek di sektor ini," ungkap Tulus.

Tahun ini, CTRA menargetkan marketing sales atau pra penjualan Rp 7,7 triliun. Hingga semester I 2018, perusahaan ini baru berhasil mencapai Rp 3,3 triliun atau 42,8% dari target. Meskipun tantangannya masih berat, Tulus bilang, pihaknya belum berencana untuk merevisi target.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti