Belum ada perbaikan konsumsi



Pertumbuhan ekonomi   kuartal III-2017 yang masih dalam tren lemah memang bisa dilihat dari sisi suplai dan permintaan. Permintaan lemah karena  masyarakat menahan pengeluaran konsumsinya.  Maka konsumsi melambat sedikit di kuartal ketiga jika dibanding kuartal kedua. Namun harus diakui ada faktor musiman seperti puasa dan Lebaran yang mendorong konsumsi lebih cepat di kuartal sebelumnya.

Pada kuartal ketiga ini, tak ada faktor pendorong sebesar puasa dan Lebaran, meski ada gaji ke-13 untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) di awal kuartal ketiga, namun dorongannya terhadap konsumsi tak signifikan.

Pada kuartal ketiga ini, pertumbuhan sektor makanan, minuman serta restoran turun, sedangkan yang naik hanya sektor transportasi dan komunikasi. Sehingga sentimen konsumen masih belum signifikan membaik sekalipun survei Bank Indonesia (BI) mengatakan Indeks Keyakinan Konsumen masih optimistis, atau masih di atas level 100.


Namun, fakta yang terjadi dilapangan justru menunjukkan masyarakat cenderung menunda konsumsi dan menaruh dana mereka di tabungan.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) di kuartal ketiga naik hampir 12% dibanding kuartal kedua, pertumbuhan kredit juga cukup flat di bawah 8%. Data ini juga terkonfirmasi dari data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), simpanan dalam nominal di atas Rp 2 miliar terus meningkat dari sisi jumlah rekening maupun nominalnya.

Sementara transmisi moneter yang dilakukan BI di Agustus dan September lalu belum langsung kelihatan. Saya pikir paling cepat di akhir tahun ini dan awal tahun depan perbaikan ekonomi sudah bisa terlihat.

Yang sebenarnya mendukung pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tumbuh 5,06% adalah investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang kontribusinya 2,25%, dibanding kuartal pertama 1,53% dan kuartal kedua 1,69%. Ini tanda baik bahwa iklim investasi membaik, dan peringkat EoDB juga membaik. Ini modal buat ekonomi kita.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi