KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas harga aset kripto mulai kembali bergerak naik setelah sempat ambles pada Jumat (5/7). Misalnya, Bitcoin (BTC) yang turun ke bawah US$ 55.000 pada Jumat (5/7). Berdasarkan coinmarketcap, harga BTC kembali naik ke US$ 57.600 atau menguat 1,72% dalam 24 jam terakhir pada Minggu (7/7) pukul 14.47 WIB. Namun, dalam sepekan harganya masih turun 6,51%. Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat (AS) dan ketidakpastian investor seputar inflasi dan suku bunga AS membebani harga kripto. Selain itu, arus keluar dari ETF Bitcoin spot memicu aksi jual saat ini.
"Sentimen positif terhadap kripto telah mencapai titik terendah sejak Januari 2023, dengan Crypto Fear & Greed Index turun ke zona 'Fear' dengan skor 29 dari 100 pada tanggal 5 Juli," jelasnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (6/7).
Baca Juga: Prospek Aset Kripto Tetap Positif, Intip Pendorongnya CEO Triv Gabriel Rey melanjutkan, terdapat 47.228 BTC yang mulai dibayarkan kembali ke kreditur Mt.Gox. Exchanger yang bangkrut itu mulai melakukan pembayaran ke kreditur dan memunculkan ketakutan di pasar, sehingga harga BTC ambles. Untuk saat ini, dia menilai belum ada sentimen positif untuk aset kripto. Ditambah, pemerintah Jerman juga mulai menjual Bitcoin. "Saat ini belum ada sentimen positif, dan satu-satunya sentimen positif dari ETF Ethereum, tetapi pasar masih menunggu ETH ETF disetujui," sebutnya. Sebelumnya, perdagangan perdana ETF Ethereum ditunda dari 2 Juli 2024. Penundaan disebabkan SEC telah mengajukan gugatan terhadap ConsenSys, penyedia perangkat lunak Ethereum, menuduh layanan dompet MetaMask bertindak sebagai broker tidak terdaftar dengan memfasilitasi penjualan sekuritas. Selain itu, SEC menargetkan layanan
staking Ethereum Lido dan Rocket Pool, dengan menuduh token mereka stETH dan rETH adalah sekuritas yang tidak terdaftar. Di sisi lain, pasca risalah FOMC, dolar AS melemah karena data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan. Pasar kini memperkirakan penurunan suku bunga Federal Reserve sebesar hampir 50 basis poin pada tahun 2024.
Baca Juga: Harga Bitcoin Terburuk Hampir Satu Tahun Karena Kekhawatiran Likuidasi Mt. Gox Namun, Fyqieh menilai sentimen tersebut dibayangi oleh kekhawatiran teknis dan struktural yang lebih dalam. Volume perdagangan yang rendah selama akhir pekan juga berdampak signifikan. Pada periode ini, bahkan aktivitas pembelian kecil dinilai dapat memicu stop order, yang mengarah pada likuidasi di pasar derivatif dan memperkuat pergerakan harga.
"Fenomena ini terlihat dalam lonjakan harga akhir pekan lalu, yang dengan cepat berubah menjadi koreksi ketika risiko kenaikan dari
short covering berkurang dan tekanan penurunan mulai terjadi," jelasnya. Untuk jangka pendek, harga aset kripto diperkirakan masih akan dalam tekanan. Menurut Fyqieh, pertemuan FOMC bulan September dan Desember, serta penerimaan penuh ETF Ethereum dari SEC yang dapat mendongkrak harganya. Secara teknikal, Tokocrypto memperkirakan dengan kembalinya harga Bitcoin ke atas US$ 55.000, maka harganya berpotensi kembali ke US$ 60.000. Ethereum juga sudah kembali ke US$ 3.000, maka diperkirakan harganya masih berpotensi ke US$ 3.300 dan US$ 3.500. Sementara untuk Solana telah kembali ke US$ 138,69, sehingga diperkirakan mampu kembali ke US$ 150. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati