Belum ada sinyal pasti stimulus, bagaimana nasib indeks dollar AS?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dollar AS berpotensi untuk melanjutkan penurunan merespon sinyal stimulus yang tengah digodok pemerintah Amerika Serikat (AS). Semakin buramnya sinyal penggelontoran stimulus dari Negeri Paman Sam berpotensi membuat greenback untuk menguat ke depan.

Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Jumat (16/10) indeks dollar AS di pasar spot koreksi 0,19% ke level US$ 93,68. Meskipun begitu, angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan Jumat (9/10) yang berada US$ 93,06.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengungkapkan, pelemahan dollar AS sangat erat kaitannya dengan prospek stimulus AS. Greenback bakal menguat ketika pembicaraan stimulus AS mengalami kebuntuan, begitu juga sebaliknya.


Baca Juga: Demo tolak omnibus law dan pilpres AS menyetir pergerakan rupiah

"Dollar AS bakal melemah setelah harapan stimulus terbuka kembali," kata Ariston kepada Kontan.co.id, Minggu (18/10).

Ariston menambahkan, kabar terakhir menunjukkan bahwa pihak partai Republik di AS tengah menunggu jawaban dari partai Demokrat atas proposal terbaru terkait stimulus AS. Di mana, stimulus tersebut diharapkan bisa memulihkan ekonomi AS di tengah pandemi.

Di sisi lain, sentimen stimulus AS justru menjadi sentimen positif bagi aset-aset berisiko, yang mana trennya bakal berbanding terbalik dengan dollar AS yang merupakan safe haven atau aset lindung nilai. "Dollar AS dijadikan aset aman saat kekhawatiran pasar tinggi," tambahnya.

Ke depan, prospek indeks dollar AS diyakini masih akan menguat sembari menunggu perkembangan stimulus AS yang belum jelas. Kondisi tersebut juga berpotensi untuk menekan nilai tukar rupiah ke level Rp 14.850 per dollar AS dari level Jumat (16/10) Rp 14.697 per dollar AS.

Sementara itu, jelang pemilihan presiden (pilpres) AS pada November 2020 kondisi indeks dollar AS kemungkinan bakal tertekan, lantaran pasar bakal kembali ke aset-aset berisiko.

Persepsi pasar menunjukkan bahwa kandidat presiden AS Joe Biden mampu mengurangi konfrontasi dengan partner dagangnya.

Baca Juga: Kebal dari resesi, konsumen tajir tetap memburu barang mewah Louis Vuitton

Jika Biden yang terpilih menjadi Presiden Negeri Paman Sam selanjutnya, maka bisa menjadi sentimen positif untuk aset berisiko. Dollar AS kemungkinan bakal tertekan karena pasar masuk ke aset berisiko dan rupiah sendiri berpotensi untuk menguat.

Ariston mengungkapkan untuk pilpres AS, pasar kelihatannya lebih condong ke Biden, apalagi saat ini Biden juga menguasai polling suara survei. Namun, berdasarkan pemilu sebelumnya, menang di survei belum tentu menang pemilu.

"Jadi kelihatannya hasil voting setelah 3 November 2020 yang lebih menentukan arah dollar AS," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto