Belum ada subtitusi barang plastik, memotivasi Panca Budi Idaman tingkatkan produksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi permintaan plastik yang meningkat baik di dalam negeri maupun ekspor menyebabkan PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) tak ragu merogoh kocek untuk menambah lini produksi baru.

Sebelumnya industri listrik sempat diwarnai wacana cukai plastik yang diperkirakan bakal mampu menurunkan konsumsi plastik. Mengenai hal tersebut, Tan Hendra Direktur PT PBID menganggap jika hendak mengurangi sampah plastik, pemberlakukan cukai sebenarnya tidak efisien.

"Solusinya tentu waste management itu sendiri, saya lihat pemda DKI disini sudah mulai giat melakukan hal tersebut," sebutnya, Selasa (28/8). Selain itu, menurutnya produk subtitusi untuk kantung plastik masih sedikit dan mahal.


"Sedangkan plastik itu murah dan selalu tersedia dimana saja," katanya. Selain itu manajemen memaparkan bagaimana Indonesia masih tercatat rendah dalam mengonsumsi plastik, sebesar 17 kilogram per kapita.

Jika dibandingkan dengan di Eropa yang mencapai 100 kilogram per kapita serta Malaysia & Singapura yang 40 kilogram per kapita. Kata Tan, hal ini mengindikasikan potensi kenaikan industri plastik di Indonesia dengan potensi pertumbuhan yang signifikan.

Untuk itu PBID menambah pabrik di domestik guna memproduksi kantung plastik jenis Polyethyelene (PE) dan Polyprohylene (PP) yanh mayoritas diserap pasar tradisional. Sedangkan akuisisi pabrik di Johor, Malaysia menyasar segmen industri.

"Di Malaysia kami lihat industri petrochemicalnya bertumbuh dan jadi potensi bagi kami," kata Lukman Hakim, Sekretaris Perseroan PBID ditemui dikesempatan yang sama, Selasa (28/8).

Untuk pabrik di Johor, rencananya memproduksi kantung plastik jenis Heavy Duty Sack, dimana produk tersebut berfungsi sebagai kantung bijih plastik bagi industri petrokimia.

PBID tetap optimis mampu tumbuh 12% di 2018 ini. Sampai semester I 2018 revenue PBID tercatat naik 23,71% menjadi Rp 1,99 triliun dimana pada periode yang sama tahun lalu Rp 1,6 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .