KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Baturaja Tbk (
SMBR) masih belum berencana untuk melakukan ekspor semen di 2020, sebab SMBR sudah menyiapkan dua wilayah baru dalam negeri.
VP Corporate Secretary Semen Baturaja, Basthony Santri menjelaskan SMBR akan melakukan sejumlah strategi untuk memperdalam pasarnya di dalam negeri.
Baca Juga: Ini rencana bisnis dan ekspansi Bakrie & Brothers (BNBR) tahun depan "Pertama, memaksimalkan penjualan di wilayah pasar basis Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dengan menjaga kontinuitas ketersediaan semen melalui sistem pergudangan di setiap kabupaten atau kota," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (13/12). Memang, kalau melihat laporan keuangannya di kuartal III 2019, penjualan semen batu raja didominasi dari Sumatera Selatan sebesar 68% dari pendapatan atau setara Rp 969,99 miliar. Adapun perolehan ini tumbuh 14,2%
year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 848,92 miliar. Kemudian, pasar basis kedua emiten semen ini di Lampung yang kontribusi kedua terbesar yakni Rp 317,09 miliar. Strategi kedua emiten berkode saham SMBR di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini, akan melakukan perluasan area dermaga jetty di Palembang untuk mempermudah jalur distribusi ke wilayah lainnya.
Baca Juga: Dampak Permendag 84/2019, industri berbahan baku daur ulang mengaku terancam tutup Nah di 2020, Basthony mengungkapkan Semen Baturaja belum berencana membidik ekspor semen, sebab perusahaan akan melakukan penetrasi pasar ke berbagi wilayah baru seperti Pontianak dan Banten. Asal tahu saja, Semen Baturaja sebenarnya sudah mengekspor bahan baku semen atau klinker ke beberapa negara seperti Australia, Bangladesh, dan China.Kendati demikian, Busthony bilang SMBR fokus memenuhi permintaan semen di wilayah basis karena marginnya yang lebih menguntungkan daripada melakukan ekspor. Melansir laporan keuangan Semen Baturaja di periode ketiga tahun ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan 3,6% yoy dari sebelumnya Rp 1,37 triliun di kuartal III 2018 menjadi Rp 1,42 triliun.
Adapun laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk justru turun 40% yoy dari sebelumnya Rp 40,88 miliar di kuartal III 2018 menjadi Rp 22,72 miliar.
Baca Juga: Saka Energi dan Petronas masih diskusikan pelepasan operatorship Lapangan Kepodang Kalau melihat laporan keuangannya, beberapa beban memang tercatat naik. Misalnya saja beban penjualan yang naik hingga 118% yoy menjadi Rp 225,38 miliar. Begitu juga dengan beban umum dan administrasi yang juga naik 11% yoy menjadi Rp 201,86 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi