KONTAN.CO.ID – SINGKAWANG. Kehadiran sejumlah bandara-bandara baru tampak masif dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Tentunya, ini diciptakan demi menunjang perekonomian daerah dan memperluas akses transportasi di Tanah Air. Salah satu bandara tersebut adalah Bandar Udara Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar) yang diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 20 Maret 2024 lalu. Pejabat Sementara (Pjs) Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Singkawang, Nugroho Henray Ekasaputra menyambut baik kehadiran Bandara Singkawang ini. Pasalnya ini diharapkan bisa berdampak ke perekonomian Kalbar secara umum.
“Ide awal berdirinya bandara ini kan untuk mempermudah akses untuk berwisata, karena Singkawang ini adalah kota wisata dengan kekayaan budaya yang dimiliki, dengan hadirnya bandara ini kita harapkan potensi pariwisatanya akan lebih meningkat lagi baik domestik maupun mancanegara,” ujarnya saat ditemui KONTAN, Senin (12/8). Meski demikian, Henray tak menampik bahwa hadirnya Bandara Singkawang belum mampu memberikan dampak yang signifikan kepada daerah Seribu Sungai tersebut. Maklum, memang bandara ini masih seumur jagung. “Kami belum melihat secara signifikan bahwa berdirinya bandara ini memberikan dampak langsung, tapi dengan baru berdirinya saja, kami memproyeksikan ini bisa memberikan dampak cukup besar terhadap perekonomian,” terangnya.
Baca Juga: Beroperasi September, Bandara Singkawang Bakal Kerek Ekonomi Daerah Henray menyebutkan, pihaknya punya beberapa catatan dari berdirinya Bandara Singkawang ini di antaranya, pertama, perlu adanya kejelasan terkait siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan bandara ini. Adapun Bandara Singkawang saat ini masih di bawah kendali Kementerian Perhubungan. “Memang walaupun bandara ini sudah berdiri tapi pengelolanya belum ada, pengelolanya ini apakah BUMN, apakah Angkasa Pura atau mau dikelola dengan pemerintah daerah sendiri dengan BUMD,” ujarnya. Kedua terkait infrastruktur, di mana ia menilai akses jalan menuju Bandara Singkawang ini tampak belum optimal. Menurutnya, hal ini salah satu faktor yang menyebabkan bandara tersebut belum memberikan dampak yang cukup signifikan.
“Akses jalannya per hari ini kami melihat belum sempurna. Ketiga terkait maskapai yang akan beroperasi di sana, baik dari Jakarta-Singkawang, atau bentuknya penerbangan lokal, itu maskapai dari mana saja,” imbuhnya. Untuk diketahui, Bandara Singkawang mulai dibangun sejak tahun 2019 hingga tahun 2023, dengan skema pembiayaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Adapun total anggaran pembangunan bandara ini sebesar Rp 427 miliar, dengan rincian dari APBN senilai Rp 272 miliar dan dari CSR (Corporate Social Responsibility) para pengusaha Singkawang sebesar Rp 155 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat