JAKARTA. Penjualan benih jagung hibrida PT Bisi International Tbk (BISI) turun 32% pada kuartal II-2012. Jika pada kuartal I-2012 penjualan mencapai 2.500 ton, pada kuartal II hanya menjadi 1.700 ton. Penurunan penjualan terjadi karena karena belum masuknya musin tanam besar jagung di Indonesia. Doddy Wiratmoko, Market Development Corn Seed Manager PT Tanindo Intertraco, mengatakan, musim tanam besar untuk jagung biasanya terjadi pada pertengahan tahun hingga akhir tahun. "Kuartal II lalu bukan merupakan tanam besar jagung," katanya, akhir pekan lalu. Dengan harapan sentra-sentra pertanian jagung akan memulai masa tanam pada pertengahan tahun ini, Doddy yakin realisasi penjualan benih jagung hibrida akan meningkat pada kuartal III dan IV. Dia memperkirakan pada kuartal III-2012 penjualan benih jagung dapat mencapai 3.500 ton-5.000 ton.
Masa tanam jagung berbeda di tiap daerah, jika pada Juli 2012 beberapa daerah di Jawa Timur telah memasuki masa tanam, di wilayah Sumatera dan Sulawesi masa tanam jagung dimulai pada Agustus hingga November. Selain masa tanam, siklus panen jagung dalam negeri juga terbagi dua periode, yakni Februari-April dan September-Oktober. Dari dua masa panen itu, mayoritas produksi atau 55%-60% panen dihasilkan pada periode awal. Bisi International adalah perusahaan yang bergerak dalam pembenihan tanaman pangan dan hortikultura, seperti jagung, padi, cabe, tomat, terong, timun dan kubis. Sedangkan PT Tanindo Intertraco atau Tanindo adalah distributor tunggal untuk produk yang dihasilkan Bisi dan PT Multi Sarana Indotani. Berdiri pada 1983, Bisi menurut Doddy, masih mengandalkan penjualan benih jagung untuk menopang pendapatan. Tanpa merinci, Doddy bilang dari tiga unit usaha Bisi, yakni penjualan benih jagung dan padi, benih sayur dan hortikultura, serta pestisida, sebanyak 40% berasal dari penjualan benih jagung. Menurut Doddy, dari kebutuhan benih jagung Indonesia yang mencapai 18 juta kilogram, produksi benih jagung Bisi telah menguasai 50%. Dia berharap penguasaan pasar Bisi akan bertambah dengan dipasarkannya dua varietas jagung hibrida baru, yaitu Bisi 222 dan Bisi 18. Memiliki tingkat rendemen mencapai 82%-83%, lebih tinggi dari jagung yang ada saat 70%-75%, dua varietas benih jagung ini diklaim memiliki tingkat produksi lebih stabil baik musim kemarau atau penghujan dan memiliki produktivitas antara 500 kg-700 kg per ha.
Sebelumnya Bisi melalui Tanindo juga berniat mengejar penjualan benih jagung hibrida ke India pada tahun ini. Untuk mengejar pasar Negeri Sungai Gangga itu, Bisi akan bekerjasama dengan perusahaan benih asal India. Dengan adanya pasar India, penjualan ke luar negeri diharapkan mampu menggenjot pendapatan. Pada tahun lalu kontribusi penjualan benih hortikultura Bisi ke luar negeri hanya mencapai 2% total penjualan. Dengan adanya kerjasama produksi dengan pabrikan benih di India, Bisi menargetkan penjualan ekspor naik menjadi 5% dari total penjualan.Tahun ini Bisi mengincar pendapatan Rp 1,15 triliun hingga Rp 1,2 triliun. Target itu tumbuh 15%-20% dari realisasi pendapatan 2011 senilai Rp 998,66 miliar. Presiden Direktur Bisi, Jemmy Eka Putra sebelumnya menjelaskan, peningkatan penjualan akan didorong varietas benih baru yang dikeluarkan BISI. "Untuk benih jagung Bisi 222, misalnya, tahun ini bisa berkontribusi sekitar 15% terhadap penjualan," katanya. Pada tahun ini Bisi berniat meluncurkan 10 varietas benih baru. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri