JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan produksi puncak Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, sebanyak 165.000 barel per hari (bph) akan berlangsung pada kuartal I-2015 mendatang. Saat ini, produksi di lapangan tersebut baru mencapai 30.000 bph. Namun, produksi 165.000 bph dipastikan menurun akibat karakteristik natural decline alias penurunan secara alamiah yang meningkat. Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan menjelaskan, pada umumnya menurut evaluasi yang sedang dijalankan saat ini, faktor alamiah yang terjadi pada suatu lapangan migas, misalnya, kadar air sumur-sumur pada blok migas meningkat menjadi lebih tinggi, sehingga kondisi minyak dan gasnya tercampur, dan akhirnya produksi menurun. Sementara itu, dengan kejadian alamiah itu, produksi 165.000 bph dipastikan menurun dalam jangka waktu tiga tahun hingga empat tahun ke depan. "Dalam estimasi perencanaan yang didata dari Blok Cepu, dalam tiga tahun hingga empat tahun produksi bisa menurun," jelas Muliawan kepada KONTAN, Minggu (20/9).
Belum penuh, kapasitas Blok Cepu diprediksi turun
JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan produksi puncak Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, sebanyak 165.000 barel per hari (bph) akan berlangsung pada kuartal I-2015 mendatang. Saat ini, produksi di lapangan tersebut baru mencapai 30.000 bph. Namun, produksi 165.000 bph dipastikan menurun akibat karakteristik natural decline alias penurunan secara alamiah yang meningkat. Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan menjelaskan, pada umumnya menurut evaluasi yang sedang dijalankan saat ini, faktor alamiah yang terjadi pada suatu lapangan migas, misalnya, kadar air sumur-sumur pada blok migas meningkat menjadi lebih tinggi, sehingga kondisi minyak dan gasnya tercampur, dan akhirnya produksi menurun. Sementara itu, dengan kejadian alamiah itu, produksi 165.000 bph dipastikan menurun dalam jangka waktu tiga tahun hingga empat tahun ke depan. "Dalam estimasi perencanaan yang didata dari Blok Cepu, dalam tiga tahun hingga empat tahun produksi bisa menurun," jelas Muliawan kepada KONTAN, Minggu (20/9).