Belum prospektif, ini strategi investasi pada saham perkebunan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hampir semua perusahaan perkebunan, membukukan penurunan laba bersih pada kuartal I-2018. Bahkan, emiten seperti PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dan PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) mencatat kerugian membengkak masing-masing sebesar 371,60% dan 47,65% pada kuartal I-2018.

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra menjelaskan, mudah untuk melihat perjalanan sektor perkebunan di pasar keuangan. Caranya, selama crude price oil (CPO) belum menunjukkan sinyal kenaikan, maka pergerakan sektor perkebunan juga masih akan tertekan.

Ia menganggap beberapa faktor bakal membatasi gerak sektor perkebunan pada tahun ini, termasuk harga CPO yang saat ini masih rendah. Selain itu, pembatasan impor yang ditetapkan Eropa, bakal turut berkontribusi pada kecenderungan pelemahan harga CPO tahun ini.


"Ini akan berdampak pada emiten, kalau produksi naik, permintaan turun, itu akan menekan harganya. Sehingga harga emiten (sektor perkebunan) belum menarik," ujarnya, Senin (7/5).

Tantangan lainnya, apabila pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2018 tidak mencatatkan perbaikan dari kuartal I-2018 yang tumbuh 5,08%, maka kinerja emiten perlu mendapat perhatian lebih.

"Strateginya, bisa switch ke sektor lain dulu, karena sektor CPO itu ada up and down-nya. Jadi perhatikan potensi lost, kalau ada potensi rebound baru masuk. Tapi kalau ada peluang untuk keluar, keluar saja dulu," saran Aditya.

Dilihat dari areanya, Aditya merekomendasikan saham perkebunan LSIP, BWPT, AALI dan TBLA untuk dikoleksi. Menurutnya, meskipun BWPT mencatatkan pelebaran kerugian hingga 371,60% di kuartal I-2018, ia optimistis di kuartal selanjutnya akan membaik.

"Kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kerugian BWPT saat ini mulai mengecil. Kalau di kuartal II-2018 membaik, maka di kuartal III-2018 BWPT berpotensi membukukan laba," proyeksinya.

Pada kuartal I-2018, LSIP tercatat membukukan penurunan laba 156% dari Rp 328 miliar menjadi Rp 116 miliar. Disusul melebarnya kerugian BWPT dari Rp 16,2 miliar pada kuartal I-2017 menjadi rugi Rp 76,4 miliar.

Sedangkan, laba bersih AALI anjlok 112% dari Rp 790 miliar menjadi Rp 355 miliar. Laba TBLA juga turun 32% menjadi Rp 202 miliar.

Meskipun, diakui Aditya, untuk potensi rebound saham sektor perkebunan tahun ini hanya bersifat sementara, yakni di kuartal II dan kuartal III-2018. "Tapi kalau sampai bullish dan harga saham mencetak rekor, rasanya belum bisa akhir tahun ini," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini