KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah reli tujuh hari beruntun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup melemah pada perdagangan Rabu (24/1). Penurunan ini terjadi setelah indeks beberapa kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (
all time high). Secara
year to date (ytd) IHSG mencetak pertumbuhan 4,09%. Di balik indeks yang
bullish, ada sejumlah saham yang mencatatkan pertumbuhan fantastis. Meski bulan pertama di tahun ini belum berakhir, pertumbuhan saham ini sudah
double digit. Diantaranya, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang tumbuh 53,71%, PT Medco Energi International Tbk (MEDC) naik 42,13%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 35,37%, dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tumbuh 31,18%.
Selain itu, ada PT Timah Tbk (TINS) yang melesat 25,81%, dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan kenaikan 34,19%. Saham tersebut mencatatkan kenaikan yang lebih tinggi dari IHSG. Saham ini, juga menjadi perhatian pelaku pasar terkait aksi koproasi yang belakangan terjadi. Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, kenaikan harga yang terjadi pada saham tersebut terbilang wajar. Seiring dengan berkurangnya kekhawatiran ekonomi, dan juga menjelang rilis kinerja 2017. Atas kondisi tersebut, Bertoni menilai, masih ada potensi
upside melanjutkan penguatan seiring indeks melanjutkan rekor, maupun mengikuti pola penguatan dari bursa eksternal seperti bursa Amerika Serikat, Asia, dan Eropa. “Selain itu, pemulihan harga komoditas, rilis kinerja emiten, maupun euforia bursa eksternal menjadi sentimen positif untuk emiten,” papar Bertoni kepada Kontan.co.id, Rabu (24/1). Namun, sebelumnya saham PGAS tertekan dengan kabar rencana pemerintah menggabungkan bisnis migas. Selain itu, PGAS juga tertekan oleh harga jual gas yang diturunkan pemerintah. “Sentimen tersebut mendorong investor asing melakukan aksi jual terendah di Rp 1.400,” kata Bertoni. Sedangkan, WIKA tertekan penguatan sejak menjelang rilis kuartal II-2017. Secara fundamental, kinerja infrastruktur mencatatkan laba bersih yang solid namun cash aktivitasnya defisit. Saham konstruksi ini pun mengalami tekanan jual hingga menyentuh Rp 1.450. Di sektor tambang, keputusan pemerintah membentuk holding pertambangan mempengaruhi ANTM, PTBA, dan TINS. Harga batubara yang pulih mulai pertengahan November mendorong penguatan saham-saham sektor pertambangan batubara seperti PTBA dan ADRO.
Diantara saham-saham tersebut, Bertoni merekomendasikan tarder untuk
buy on weakness (BoW), sementara untuk investor jangka panjang direkomendasikan
hold. "Hingga ada indikasi sentimen negatif, kemudian akumulasi jual," sarannya. Bertoni merekomendasikan
buy saham WIKA dengan target harga Rp 2.500, ANTM dengan target Rp 900, PGAS dengan target harga Rp 3.100, dan TINS dengan target harga Rp 1.110. Sementara untuk ADRO, dia memasang target harga Rp 2.600. Untuk MEDC, pasca
rights issue harga saham naik signifikan. Dengan acuan penggunaan dana
rights issue digunakan untuk akuisisi PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). “Rebound harga minyak mentah mendorong sentimen positif ke komoditas lainnya. Target harga Rp 1.500,” lanjut Bertoni. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini