JAKARTA. Belum beresnya kesepakatan perjanjian jual beli listrik antara PT PLN (Persero) dengan Independent Power Producers (IPP) membuat target pembangkit panas bumi pada 2014 akan meleset dari target. Semula, pada 2014 nanti setrum dari pembangkit panas bumi ditargetkan mencapai 3.900 megawatt (mw). Namun, dengan adanya kendala-kendala antara PLN dan pengembang swasta berakibat setrum yang dihasilkan dari pembangkit panas bumi berkurang 1.730 mw."Kami sudah mengusulkan kepada Bappenas untuk merevisi target pembangkit panas bumi pada 2014 nanti menjadi 2.170 mw," ujar Sekretaris Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Djadjang Sukarna, Kamis (14/7).Djadjang menuturkan, untuk pembangkit panas bumi persoalan paling besar adalah di hulu. Untuk hilir, tidak ada masalah karena PLN sudah bersedia untuk membeli dengan harga listrik yang sesuai. "Pengusaha minta jaminan di kegiatan hulu panas buminya, sehingga kita berusaha untuk merevisi pmk 77 dan mudah-mudahan akhir bulan ini selesai," kata Djajang.Menurut Djadjang, target 3.900 mw itu baru akan tercapai pada 2015 nanti. Ia berharap, molornya ini tak akan mempengaruhi target bauran energi 2025. Pada 2025 nanti, pemerintah masih menargetkan pembangkit yang akan beroperasi sebesar 12.000 mw.Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Adiatma Sardjito mengungkapkan, proyek panas bumi PGE sesuai dengan target. Saat ini, kapasitas listrik PGE sebesar 272 megawatt. Pada tahun ini, kapasitas ini akan bertambah hingga menjadi 292 mw."Oktober atau November ini nanti Lahendong unit IV akan beroperasi 20 MW," kata Adiatma. Dengan hitungan 1MW butuh biaya investasi US$ 3,5 juta, investasi Lahendong unit IV mencapai US$ 70 juta.Di tahun depan, pembangkit panas bumi yang beroperasi adalah PLTP Ulu Belu unit I (55mw) pada Juni 2012 dan Ulu Belu unit 2 (55mw) pada Desember 2012. Total investasi untuk kedua PLTP ini nilainya mencapai US$ 385 juta. "Untuk tahun depan, kita anggarkan capex sebesar Rp 2 triliun untuk kegiatan panas bumi," ungkap Adiatma.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Belum sepakat harga, pembangkit panas bumi yang beroperasi hanya 55% dari target
JAKARTA. Belum beresnya kesepakatan perjanjian jual beli listrik antara PT PLN (Persero) dengan Independent Power Producers (IPP) membuat target pembangkit panas bumi pada 2014 akan meleset dari target. Semula, pada 2014 nanti setrum dari pembangkit panas bumi ditargetkan mencapai 3.900 megawatt (mw). Namun, dengan adanya kendala-kendala antara PLN dan pengembang swasta berakibat setrum yang dihasilkan dari pembangkit panas bumi berkurang 1.730 mw."Kami sudah mengusulkan kepada Bappenas untuk merevisi target pembangkit panas bumi pada 2014 nanti menjadi 2.170 mw," ujar Sekretaris Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Djadjang Sukarna, Kamis (14/7).Djadjang menuturkan, untuk pembangkit panas bumi persoalan paling besar adalah di hulu. Untuk hilir, tidak ada masalah karena PLN sudah bersedia untuk membeli dengan harga listrik yang sesuai. "Pengusaha minta jaminan di kegiatan hulu panas buminya, sehingga kita berusaha untuk merevisi pmk 77 dan mudah-mudahan akhir bulan ini selesai," kata Djajang.Menurut Djadjang, target 3.900 mw itu baru akan tercapai pada 2015 nanti. Ia berharap, molornya ini tak akan mempengaruhi target bauran energi 2025. Pada 2025 nanti, pemerintah masih menargetkan pembangkit yang akan beroperasi sebesar 12.000 mw.Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Adiatma Sardjito mengungkapkan, proyek panas bumi PGE sesuai dengan target. Saat ini, kapasitas listrik PGE sebesar 272 megawatt. Pada tahun ini, kapasitas ini akan bertambah hingga menjadi 292 mw."Oktober atau November ini nanti Lahendong unit IV akan beroperasi 20 MW," kata Adiatma. Dengan hitungan 1MW butuh biaya investasi US$ 3,5 juta, investasi Lahendong unit IV mencapai US$ 70 juta.Di tahun depan, pembangkit panas bumi yang beroperasi adalah PLTP Ulu Belu unit I (55mw) pada Juni 2012 dan Ulu Belu unit 2 (55mw) pada Desember 2012. Total investasi untuk kedua PLTP ini nilainya mencapai US$ 385 juta. "Untuk tahun depan, kita anggarkan capex sebesar Rp 2 triliun untuk kegiatan panas bumi," ungkap Adiatma.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News