KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Direktur Utama PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Ananta Wiyogo memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2019 tidak lebih baik dibandingkan 2018. Begitu juga dengan prospek sektor properti ke depan, yang masih terganjal tingginya suku bunga kredit. "
Over all, (pertumbuhan ekonomi 2019) enggak sebaik atau hampir sama dengan suasana sekarang," kata Ananta, Jumat (30/11). Meskipun begitu, dia menegaskan bahwa bisnis harus tetap berjalan di tengah risiko tersebut. Untuk itu, pihaknya juga telah merancang berbagai strategi dan menghintung risiko tekanan yang bakal terjadi di tahun depan.
Sayangnya, Ananta belum mau mengelaborasi rencana tersebut lebih jauh, lantaran masih menunggu persetujuan dari pemerintah. Dia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2019berada pada kisaran 4,9%, lebih rendah dari 2018 yang diperkirakan mencapai 5,1%. "Kita lihat
growthnya nanti, dan kita enggak agresif. Ini jugakarena suku bunga yang naik, untuk itu kita ingin kalau bisa Kredit Perumahan Rakyat (KPR) fix rate semua, misalnya seperti kita yang sudah lama menrapkan
fix rate 4,45%," ujarnya. Selain itu, ke depan SMF mengaku masih memiliki tantangan sumber pendanaan. Ini lantaran, pendanaan dari pasar modal masih terbatas. Mengingat, sebagian besar institusi seperti BUMN, Pemerintah dan proyek institusi lainnya mencari pendanaan di pasar modal. "Ini sangat terbatas dan challenge untuk SMF untuk dapat sumber pendanaan di saat capital market diperebutkan," tuturnya. Untuk itu, salah satu bentuk antisipasi yang masih akan dilakukan ke depan adalah melakukan penjajakan dan mendatangi beberapa negara. "Ada yang merespon positif, dan kita ingin saat dapat dari luar, pendanaannya tetap dalam bentuk rupiah," jelasnya.
Direktur SMF Heliantopo menjelaskan sampai saat ini porsi sumber pendanaan perusahaan itu 70% berasal dari penerbitan surat utang obligasi. Sisanya, bisa berasal dari ekuitas, MTN, Sukuk dan juga
money market. "Semua fasilitas kita jajaki dan kita mau cari volume sebanyak dan sebesar mungkin untuk mencari pendanaan. Namun, juga mempertimbangkan situasi market ke depan," kata Heliantopo kepada Kontan. Dia menegaskan, dalam kondisi seperti apapun kontribusi obligasi tetap menjadi yang terbesar. Di samping itu, SMF juga akan berupaya semaksimal mungkin untuk efisien dan tepat dalam menyalurkan pendanaan. "Kita juga punya strategi
mixing, dengan menggabungkan dana ekuitas, modal dan ditambah obligasi dengan ekuitas. Sehingga, bunga yang diberikan tetap 4,45%," jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini