KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak hari ini melanjutkan lonjakan kemarin karena penghentian ekspor dari wilayah Kurdistan Irak menambah kekhawatiran pasokan minyak. Sementara akuisisi perbankan Amerika Serikat (AS) meredakan kekhawatiran bahwa gejolak keuangan dapat merugikan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar. Selasa (28/3) pukul 7.05 WIB, harga minyak WTI kontrak Mei 2023 di New York Mercantile Exchange menguat 0,27% ke US$ 73,01 per barel dari posisi kemarin US$ 72,81 per barel. Kemarin, harga minyak acuan AS ini melonjak 5,12% dari posisi US$ 69,26 per barel pada Jumat (24/3). Minyak mentah Brent berjangka naik 4,2%, menjadi US$ 78,12 per barel. Harga minyak Brent naik 2,8% minggu lalu sementara WTI
rebound sebesar 3,8% karena kegelisahan di sektor perbankan mereda.
Harga naik juga karena Turki berhenti memompa minyak mentah dari Kurdistan melalui pipa menyusul keputusan arbitrase yang mengonfirmasi persetujuan Irak diperlukan untuk mengirimkan minyak. Jumlah ekspor sekitar setengah persen dari pasokan minyak global, atau 450.000 barel per hari (bpd). "Hilangnya pasokan minyak dari Kurdistan dapat mengimbangi dampak dari produksi dan pasokan Rusia yang menemukan jalan mereka ke pasar," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York kepada Reuters. Keputusan arbitrase juga bisa memaksa pemotongan produksi di wilayah Kurdistan.
Baca Juga: Harga Emas Naik Tipis Setelah Kemarin Ditinggalkan Investor "Sekarang kita memiliki kerutan baru di sini. Ini adalah produksi yang benar-benar tidak boleh kita hilangkan," kata Kilduff. Dia menambahkan bahwa hilangnya pasokan akan memperbesar
force majeure atau pemadaman produksi lainnya di masa mendatang. First Citizens BancShares Inc mengatakan akan membeli simpanan dan pinjaman dari Silicon Valley Bank yang bangkrut. Kabar terbaru ini menutup satu bab dalam krisis kepercayaan yang telah mengguncang pasar keuangan. "Harga minyak naik lebih tinggi memperpanjang keuntungan dari minggu sebelumnya karena investor mempertimbangkan upaya otoritas untuk menenangkan kekhawatiran mengenai sistem perbankan global," kata Fiona Cincotta, analis pasar keuangan senior di City Index. Ada juga harapan untuk dukungan ekstra untuk pendanaan bank setelah laporan bahwa otoritas AS sedang dalam pertimbangan awal untuk memperluas fasilitas pinjaman darurat. Wall Street naik karena kesepakatan perbankan menawarkan jeda setelah berminggu-minggu kekacauan.
Baca Juga: Saudi Aramco Gandeng Mitra Asal Tiongkok untuk Bangun Kilang Minyak Harga minyak juga mendapat dukungan dari kekhawatiran gejolak geopolitik setelah rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus, salah satu sinyal nuklir Rusia yang paling menonjol.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan Rusia hampir mencapai target pemotongan produksi minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari (bpd) menjadi sekitar 9,5 juta bpd. Tetapi ekspor minyak mentah Rusia diperkirakan akan tetap stabil karena memangkas produksi kilang pada bulan April, data dari sumber industri dan perhitungan Reuters menunjukkan pada hari Jumat. Di sisi permintaan, impor minyak mentah China diperkirakan akan naik 6,2% pada 2023 dari level tahun lalu menjadi 540 juta ton, menurut perkiraan tahunan oleh unit riset China National Petroleum Corp pada Senin. Investor sedang menunggu data inventaris AS. Jajak pendapat Reuters memperkirakan stok minyak mentah AS berpotensi naik sekitar 200.000 barel pekan lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati