KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menepis perkiraan cadangan gas Indonesia hanya bertahan sampai 12 tahun hingga 17 tahun. Sebab, saat ini pemerintah Indonesia bersama kontraktor migas (KKKS) rajin melakukan eksplorasi potensi gas baru. Direktur Pembinaan Program Migas, Mustafid Gunawan menjelaskan, konteks Indonesia akan menjadi pengimpor gas jika hanya memanfaatkan cadangan yang ada dan tidak melakukan eksplorasi lanjutan.
“Namun, Indonesia punya
eksisting supply, potential supply dari wilayah kerja (WK) migas baru, kalau kita diam saja mungkin akan terus ya, tetapi SKK Migas akan kejar dengan target 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) gas pada 2030,” jelasnya di sela acara Asean Energy Business Forum di Nusa Dua, Bali Jumat (25/8). Jika semua proyek yang diharapkan bisa beroperasi (
on stream) sesuai dengan jadwal, pasokan gas dalam negeri diharapkan bisa terpenuhi.
Baca Juga: Catat! Beli Elpiji 3 Kg Wajib Pakai KTP per 1 Januari 2024 Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto menyampaikan potensi gas bumi Indonesia masih cukup menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per Mei 2023, cadangan gas alam Indonesia mencapai 54,83 TCF. Apabila proyek-proyek pengembangan lapangan gas berjalan sesuai rencana, Indonesia diperkirakan mampu mencukupi kebutuhan gas domestik. “Setelah 2030, kemampuan dukungan industri hulu migas untuk pemenuhan kebutuhan gas domestik menjadi semakin kuat seiring dengan selesainya Proyek Abadi Masela yang dijadwalkan
onstream di 2029,” kata Dwi dalam keterangan resmi, Selasa (15/8). Selain Blok Masela, pemerintah juga akan mengandalkan WK Andaman I, II, III dan South Andaman dengan sumber daya 4.256 MMBOE dan rencana produksi 1.200 MMSCFD. Telah dilakukan pemboran satu sumur di Andaman II dengan perkiraan sumber daya 8 TCF. Perkiraan
onstream pada 2028-2030. Tidak hanya itu, WK Agung I dan II di mana cadangan gas 5 TCF dan estimasi
onstream 2033. Eksplorasi akan mulai dilakukan tahun 2023. Terkait dengan fokus penyerapan gas di dalam negeri, Dwi menyatakan, sejauh ini gas bumi yang diproduksikan oleh lapangan-lapangan migas di Indonesia sudah terserap sebesar 65% untuk sektor domestik. “Terkait gas, termasuk LNG (
liquefied natural gas), sektor hulu migas berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dulu,” ujarnya. Merujuk proyeksi yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan gas di 2025 diperkirakan mencapai 44,8 million ton oil equivalent (MTOE). Di 2050, volume kebutuhan gas diperkirakan naik menjadi 113,9 MTOE. Guna mencukupi kebutuhan tersebut, dibutuhkan pasokan gas bumi sebesar 89,5 MTOE atau setara 9.786,7 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) di 2025 dan 242,9 MTOE atau setara 27.013,1 MMSCFD di 2050.
Baca Juga: Anak Usaha Energi Mega Persada (ENRG) Gandeng Pertamina Kelola Blok Buzi Mozambik Sebelumnya, Peneliti Institute for Energy Economics and Financial Analysis, Putra Adhiguna menyatakan, cadangan gas Indonesia hanya cukup 12 tahun hingga 17 tahun. Jika pemerintah terus memberikan subsidi pada gas (Harga Gas Bumi Tertentu/HGBT), kemudian konsumsi terus meningkat, gas di Indonesia akan habis. “Kalau gas harganya dibatasi, konsumsi naik dan tidak terkendali, LNG harus impor. Karena kita dulu pernah dengan BBM. Sekarang gas 15 tahun lagi kalau gak ada baru pusing,” ujarnya beberapa waktu lalu di Jakarta. Menurutnya subsidi untuk bahan bakar fosil akan berbahaya bagi kelangsungan cadangan energi dan menghambat investasi energi terbarukan (EBT) di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat