Benarkah Media Sosial Berpengaruh Buruk Terhadap Kesehatan Mental?



MOMSMONEY.ID - Tidak sekadar wadah informasi, apakah penggunaan media sosial bisa mengganggu kesehatan mental?

Penggunaan media sosial kini bukan hanya sekadar wadah untuk mengekspresikan diri atau berkomunikasi dengan kerabat.

Tetapi, juga berbagi informasi dengan audiens yang luas, membangun kepercayaan, hingga mempromosikan diri atau produk guna mengembangkan bisnis.


Data dari We Are Social dan Hootsuite per Januari 2023 menunjukkan, jumlah pengguna media sosial di Indonesia sangat potensial karena mencapai 60,4% dari total populasi.

Namun, meskipun potensi penggunaan media sosial besar, literasi pengguna media sosial di Indonesia masih perlu ditingkatkan, agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan memahami risiko sosial dan ekonomi yang datang beriringan.

Di lain sisi, hasil riset dari International Journal of Mental Health and Addiction pada Maret 2019 menunjukkan, media sosial dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Sehingga, media sosial perlu digunakan secara bijaksana.

Penelitian yang dilakukan di Indonesia tersebut melibatkan 22.423 orang dan menemukan bahwa media sosial seperti Facebook, Twitter (sekarang dinamakan X), dan layanan aplikasi chat populer lainnya dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.

Baca Juga: Cara Menggunakan Dua Akun WhatsApp dalam Satu Aplikasi Tanpa Instal WA Lain

Media sosial bisa menjadi sumber informasi yang salah, sumber ujaran kebencian, pornografi, dan cyberbullying, yang kesemuanya dapat menyebabkan depresi dan gangguan mental.

Di antara segala segmen umur pengguna media sosial, remaja menjadi segmen yang lebih rentan mengalami kesepian, gangguan emosi, dan kesehatan mental.

Ayla Dimitri, content creator, kerap mengutilisasi media sosial untuk membesarkan karyanya, berdiskusi mengenai bagaimana mereka berhasil berkarya di media sosial dan meminimalisir risiko penggunaan media sosial selama ini.

Dia bilang, seseorang content creator harus tahu mengenai platform yang tepat dengan persona diri sendiri.

"Dari sana, kita akan bisa memetakan persona apa yang ingin kita tunjukkan di platform tersebut," katanya, Kamis (26/10).

"Setelah itu, terdapat beberapa hal yang harus di-leverage dengan baik melalui tiga hal: work ethic, professionalism, dan proses kreatif yang mengedepankan value be easy to work with dengan orang lain," ujarnya.

Baca Juga: 5 Cara Mengeluarkan Air dari iPhone Tanpa Perlu Dibongkar, Simak Tipsnya

Marchella FP, penulis buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, menambahkan, bidang kreatif adalah tempat yang erat hubungannya dengan perubahan.

Bagi Marchella, perlu ada value dalam karya yang dihasilkan di platform media sosial, sehingga tidak hanya sekadar kejar-kejaran dengan tren dan angka.

"Di situlah perlunya kita menyerap segala informasi untuk mengolahnya menjadi konten yang positif dan relevan dengan audiens," sebut Marchella.

Menurut Marchella, sebuah proses kreatif perlu dilakukan step by step dan memerlukan riset mendalam, sehingga menghasilkan karya yang utuh dan dekat dengan audiens.

Dia menilai penting untuk bijak mengetahui apa yang bisa dibagikan ke dalam suatu karya di media sosial dan kapan saatnya untuk membatasi penggunaannya, agar risiko dan manfaat yang diperoleh menjadi seimbang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Jane Aprilyani