Benarkah pengembangan pembangkit listrik batubara mengalami fase senja kala?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar pelepasan saham Mitsui Corp Jepang di PT Paiton Energy dinilai Institute for Essential Services Reform (IESR) sebagai bukti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) khususnya pengembangan di Pulau Jawa bakal memasuki fase senja kala (sunset).

Direktur IESR Fabby Tumiwa bilang fenomena ini juga menjadi cerminan atas kondisi global dimana tekanan pada PLTU dan batubara semakin tinggi.

Tak hanya itu, menurutnya untuk PLTU tanah air yang berusia di atas 20 tahun sudah harus melakukan investasi tambahan pada sisi teknologi demi menjaga kelangsungan proyek 10 hingga 15 tahun mendatang.


Baca Juga: Mitsui Jepang hengkang dengan jual 45,5% saham Paiton, bisnis PLTU tak menarik? Mitsui Jepang hengkang dengan jual 45,5% saham Paiton, bisnis PLTU tak menarik?

"Pemilik PLTU sudah harus investasi teknologi yang dapat menurunkan tingkat emisi yaitu SOx & NOx dan particulate matter (PM) sesuai ketentuan Permen LHK No. 15/2019. Ini artinya pemilik PLTU harus investasi kembali untuk melakukan retrofit. Para pemilik PLTU sepertinya enggan menambah investasi jadi mereka menjual kepemilikannya," ujar Fabby kepada Kontan.co.id, Selasa (30/6).

Ia menambahkan, ada juga tekanan pada lembaga keuangan seperti Mitsui untuk melakukan divestasi pada aset fossil fuel sehingga opsi pelepasan saham di PLTU Paiton bisa terjadi.

Masih menurut Fabby, Mitsui bahkan sudah melakukan divestasi aset batubaranya sejak medio 2017-2018 lalu dengan melepas aset tambang batubara.

Baca Juga: Investigasi lonjakan tagihan listrik PLN ditargetkan rampung pekan ini Investigasi lonjakan tagihan listrik PLN ditargetkan rampung pekan ini

"Apalagi saat ini pembiayaan untuk PLTU bertambah sukar dan mahal. Di masa depan, harga listrik dari PLTU batubara kemungkian besar akan lebih tinggi," jelas Fabby.

Ia menambahkan, berdasarkan penelitian Carbon Tracker pada Maret 2020, rencana pembangunan 78 GW PLTU senilai $124 miliar di Asia Tenggara akan memakan biaya lebih mahal termasuk untuk pengoperasian ketimbang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) maupun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Pratama Guitarra