JAKARTA. Kemarin, kurs tengah Bank Indonesia (BI) melemah 53 poin menjadi Rp10.504 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.451 per dolar AS. Bahkan, range nilai rupiah (IDR) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore memiliki rentang lebih besar, yaitu sebesar 245 poin menjadi Rp10.730 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.485 per dolar AS (USD). Kendati demikian, Lukman Leong, Chief Analyst Platon Niaga Berjangka menilai, range tersebut belum terlalu kritis. Alasannya adalah, tak ada yang jelek dengan level IDR entah itu di level 10.000 atau 11.000. "Yang dibilang kritis itu justru waktu pelemahannya yang hanya dalam waktu singkat ini," imbuhnya, Rabu (21/8). Sementara asal muasal pelemahan kurs itu terjadi secara umum di negara kawasan Asia yang lain, seperti juga India. Namun, pelemahan rupee terjadi secara perlahan, tidak seperti rupiah yang langsung anjlok dengan range besar dalam satu hingga dua hari belakangan.
Benarkah rupiah ada di fase kritis?
JAKARTA. Kemarin, kurs tengah Bank Indonesia (BI) melemah 53 poin menjadi Rp10.504 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.451 per dolar AS. Bahkan, range nilai rupiah (IDR) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore memiliki rentang lebih besar, yaitu sebesar 245 poin menjadi Rp10.730 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.485 per dolar AS (USD). Kendati demikian, Lukman Leong, Chief Analyst Platon Niaga Berjangka menilai, range tersebut belum terlalu kritis. Alasannya adalah, tak ada yang jelek dengan level IDR entah itu di level 10.000 atau 11.000. "Yang dibilang kritis itu justru waktu pelemahannya yang hanya dalam waktu singkat ini," imbuhnya, Rabu (21/8). Sementara asal muasal pelemahan kurs itu terjadi secara umum di negara kawasan Asia yang lain, seperti juga India. Namun, pelemahan rupee terjadi secara perlahan, tidak seperti rupiah yang langsung anjlok dengan range besar dalam satu hingga dua hari belakangan.