Benarkah sektor ritel rentan terhadap PHK?



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Perkembangan teknologi yang cepat saat ini akan mengubah hampir seluruh industri, apalagi Indonesia menyongsong revolusi industri 4.0 ke depannya. Salah satu industri yang diprediksi akan terdampak adalah ritel, menurut Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sektor ritel berpotensi melakukan PHK tahun depan. Namun hal tersebut tak sepenuhnya dibenarkan oleh Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo). Pasalnya, sebagai industri yang terus berkembang dan menyerap tenaga kerja cukup besar, faktor teknologi bukan menjadi penentu peritel melakukan PHK. Budihardjo Iduansjah, Ketua Umum Hippindo menyampaikan penyebab industri ritel rentan PHK bukan karena teknologi melainkan konsep yang diusung oleh masing-masing peritel sendiri. Selama strateginya tepat, maka industri ritel masih bisa beradaptasi dengan kemajuan zaman. “Nah industri ritel menjadi rentan PHK kalau misalnya pemilihan lokasinya kurang bagis, traffic mallnya jelek, bradnnya kurang kuat, tidak perform atau konsepnya tidak tepat ya itu pasti tokonya tutup,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/12). Dirinya justru melihat tahun depan potensi pertumbuhan industri ritel lebih baik, alih-alih pengurangan tenaga kerja dirinya melihat potensi penyerapan tenaga kerja akan lebih besar. Salah satunya karena rencana ekspansi yang masih akan baik pada tahun depan khususnya untuk format restoran. “Jadi bagi kami pemilihan lokasi di mall itu sangat penting hal ini tentu juga untuk menyerap tenaga kerja. Jadi selain melakukan efisiensi penentuan lokasi dan strategi itu sangat penting bagi peritel,” lanjutnya. Hal ini diamini oleh PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) yang menyampaikan alih-alih melakukan PHK, pihaknya justru tengah menyiapkan banyak tenaga kerja yang terampil dengan menggandeng berapa sekolah kejuruan. Pasalnya, ekspansi gerai pada tahun depan akan sangat masif dan membutuhkan banyak tenaga kerja terampil. “Dengan coverage area yang cukup luas, MIDI juga terus menambah jumah gerai sehingga kebutuhan tenaga kerja selalu ada. Belum lagi untuk kebutuhan tenaga kerja di gudang maupun kantor cabang kami,” ujar Arif L Nursandi, Corporate Communication Manager MIDI. Dirinya menyampaikan bahwa bila ada turn over tenaga kerja, hal itu lebih bersifat natural bukan karena PHK. Oleh karena itu, penting bagi MIDI untuk menyiapkan tenaga kerja mulai dari sekolah kejuruan melalui Alfamidi Class.

Upaya ini dilakukan selain untuk mebekali kemampuan juga untuk menghilangkan stigma terkait pekerjaan sebagai karyawan toko yang masih dipandang sebelah mata. “Ya kalau ada yang keluar itu natural, karena mereka mungkin mendapatkan (tawaran) yang lebih baik di tempat lain,” tutupnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Azis Husaini