Bencana Jepang mengurangi suasana hati konsumen membeli baju mewah



PARIS/NEWYORK. Selera konsumen terhadap barang mewah dipastikan turun sesaat. Masyarakat sedikit menahan pengeluaran akibat bencana yang terjadi di Jepang.

Walhasil, saham barang mewah diperkirakan akan terimbas negatif akibat penurunan tersebut. Pasalnya, Jepang merupakan kontributor terbesar ketiga bagi beberapa produsen barang mewah seperti Hermes, Burberry, LVMH, Richemont dan Tiffany.

Analis memprediksi, dampak tersebut bersifat jangka panjang. Meskipun tidak semua wilayah Jepang terimbas secara fisik, tapi "Bencana mengurangi suasana hati konsumen," kata analis Nomura Securities, Paulus Lejuez.


Jepang menyumbang sekitar 19% dari penjualan produk Hermes (HRMS.PA), 9% di LVMH (LVMH.PA), 16% bagi PPR Luxury Business Group (PRTP.PA) dimiliki Gucci dan Yves Saint Laurent, terakhir 12% pada Richemont Swiss (CFR.VX).

Tiffany & Co (TIF.N) mengoperasikan 55 toko di Jepang dan mendapatkan 19% dari penjualan di sana. Jepang merupakan pasar terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS).

Seorang juru bicara perusahaan mengatakan 20 dari total toko yaitu 165 ditutup karena bencana. Tapi toko yang tutup tersebut hanya memberikan kontribusi sekitar 10% dari total pendapatan di Jepang.

Saham Tiffany's turun 4,3% di New York, Polo Ralph Lauren (RL.N) yang punya pemasukan dari Jepang sahamnya turun 3,1%.

Banyak saham barang mewah Eropa yang juga jatuh. LVMH dan Hermesamblas 3,1%. Richemont turun 1,1% dan PPR turun 2,5% dalam sehari.

"Imbas yang lebih negatif bagi perusahaan-perusahaan barang mewah adalah jika kecelakaan nuklir menjadi beban masyarakat global. Penjualan barang mewah tergantung pada kepercayaan masyarakat," kata asset manager Swiss, Sarasin.

Editor: