JAKARTA. Walaupun tidak ada yang menginginkan adanya bencana alam, berbagai bencana alam belakangan ini membawa berkah bagi para pengusaha mi instan. Banjir bandang di Wasior, tsunami di Mentawai dan meletusnya Gunung Merapi, mendongkrak penjualan mi instan. Ketua Asosiasi Industri Roti, Biskuit dan Mi Instan (Arobim) Sriboga Suratmo mengatakan, bencana alam mengerek permintaan mi instan 5% hingga 7%. "Permintaan meningkat karena mi instan banyak dipakai untuk membantu korban bencana," kata Sriboga, Rabu (3/10).Menurut Sriboga, permintaan mi instan untuk korban bencana datang dari instansi pemerintah mau pun para donatur. Kementerian Sosial, contohnya, telah meneken kontrak kerjasama pembelian mi instan dengan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, produsen mi instan merek Indomie dan Supermi. "Kontrak kerjasama itu untuk menyuplai mi instan jika terjadi bencana selama setahun ini," ujar Sriboga. Di luar itu, banyak pula donatur swasta memborong mi instan merek lain. Tak heran, jika permintaan mi instan untuk korban bencana tergolong tinggi. Hingga minggu ketiga November, misalnya, permintaan mi instan untuk korban bencana diperkirakan mencapai 40.000 karton atau 1,6 juta bungkus mi instan. Meski secara volume penjualan mi instan mengalami kenaikan, tapi Sriboga mengaku, pendapatan yang diterima perusahaan tidak banyak mengalami perubahan. Sebab, para membeli umumnya meminta diskon harga khusus. "Mereka minta diskon karena tujuannya untuk kegiatan sosial," katanya.Yang jelas, melihat penjualan yang meningkat selama bencana, Sriboga memperkirakan laju penjualan mi instan tahun ini bakal lebih tinggi dibanding tahun lalu. Ia memprediksi, hingga akhir 2010 penjualan mi instan bisa mencapai 16 miliar bungkus. "Naik sekitar 10% dibanding tahun lalu," ujar Sriboga.Franky Welirang, Direktur Indofood (INDF), mengakui, produk mi instan banyak digunakan sebagai bantuan bagi korban bencana. Sayangnya, dia enggan menyebut berapa peningkatan penjualan Indofood. "Saya belum mengetahui berapa angka peningkatannya," kata Franky.Penjelasan lebih terang diungkapkan Eddy Hermansyah, Manajer Pemasaran Olagafood, produsen mi instan merek Alhami. Eddy mengaku, bencana alam ikut mempengaruhi penjualan Olagafood. "Tapi jumlahnya tidak signifikan, peningkatannya di bawah 5%," kata Eddy.Berkah bencana juga dirasakan PT ABC President. Produsen mi instan merek Selera Pedas ini juga mengalami peningkatan penjualan selama bencana terjadi. "Tapi itu bukan semata-mata karena bencana saja. Sistem distribusi dan promosi yang tepat juga ikut menentukan," kata Herman Suradja, Chief Executive Officer ABC President.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bencana kerek penjualan mi instan
JAKARTA. Walaupun tidak ada yang menginginkan adanya bencana alam, berbagai bencana alam belakangan ini membawa berkah bagi para pengusaha mi instan. Banjir bandang di Wasior, tsunami di Mentawai dan meletusnya Gunung Merapi, mendongkrak penjualan mi instan. Ketua Asosiasi Industri Roti, Biskuit dan Mi Instan (Arobim) Sriboga Suratmo mengatakan, bencana alam mengerek permintaan mi instan 5% hingga 7%. "Permintaan meningkat karena mi instan banyak dipakai untuk membantu korban bencana," kata Sriboga, Rabu (3/10).Menurut Sriboga, permintaan mi instan untuk korban bencana datang dari instansi pemerintah mau pun para donatur. Kementerian Sosial, contohnya, telah meneken kontrak kerjasama pembelian mi instan dengan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, produsen mi instan merek Indomie dan Supermi. "Kontrak kerjasama itu untuk menyuplai mi instan jika terjadi bencana selama setahun ini," ujar Sriboga. Di luar itu, banyak pula donatur swasta memborong mi instan merek lain. Tak heran, jika permintaan mi instan untuk korban bencana tergolong tinggi. Hingga minggu ketiga November, misalnya, permintaan mi instan untuk korban bencana diperkirakan mencapai 40.000 karton atau 1,6 juta bungkus mi instan. Meski secara volume penjualan mi instan mengalami kenaikan, tapi Sriboga mengaku, pendapatan yang diterima perusahaan tidak banyak mengalami perubahan. Sebab, para membeli umumnya meminta diskon harga khusus. "Mereka minta diskon karena tujuannya untuk kegiatan sosial," katanya.Yang jelas, melihat penjualan yang meningkat selama bencana, Sriboga memperkirakan laju penjualan mi instan tahun ini bakal lebih tinggi dibanding tahun lalu. Ia memprediksi, hingga akhir 2010 penjualan mi instan bisa mencapai 16 miliar bungkus. "Naik sekitar 10% dibanding tahun lalu," ujar Sriboga.Franky Welirang, Direktur Indofood (INDF), mengakui, produk mi instan banyak digunakan sebagai bantuan bagi korban bencana. Sayangnya, dia enggan menyebut berapa peningkatan penjualan Indofood. "Saya belum mengetahui berapa angka peningkatannya," kata Franky.Penjelasan lebih terang diungkapkan Eddy Hermansyah, Manajer Pemasaran Olagafood, produsen mi instan merek Alhami. Eddy mengaku, bencana alam ikut mempengaruhi penjualan Olagafood. "Tapi jumlahnya tidak signifikan, peningkatannya di bawah 5%," kata Eddy.Berkah bencana juga dirasakan PT ABC President. Produsen mi instan merek Selera Pedas ini juga mengalami peningkatan penjualan selama bencana terjadi. "Tapi itu bukan semata-mata karena bencana saja. Sistem distribusi dan promosi yang tepat juga ikut menentukan," kata Herman Suradja, Chief Executive Officer ABC President.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News