Benih Bersertifikat dan Peremajaan Lahan Sawit Kunci Keberhasilan Petani Sawit



MOMSMONEY.ID - Sinar Mas Agribusiness and Food telah mengembangkan benih Dami Mas dan berhasil menjadi solusi masalah produktivitas petani kelapa sawit. 

Budidaya kelapa sawit merupakan proses yang sulit bagi petani swadaya. Sunardi, seorang petani swadaya kelapa sawit juga mengalami kesulitan dalam mengelola  lahan kelapa sawit seluas 0,75 hektar dari Kabupaten Tulang Bawang, Lampung. 

Tidak jarang perubahan iklim, serangan hama dan wabah penyakit, serta harga pasar yang tidak menentu menghadang kinerja Sunardi dalam bertani kelapa sawit. Kondisi ini juga dialami oleh lebih dari 3.500 petani yang mengalami hal yang sama di kabupaten tersebut. 


Namun, persoalan tersebut kini sudah bisa teratasi.  Kuncinya adalah menemukan solusi untuk mengatasi penurunan produktivitas pohon kelapa sawit yang menua dan terserang penyakit melalui penanaman kembali dengan benih bersertifikat.

Benih yang unggul bersertifikat dapat meningkatkan produktivitas dan meremajakan kebun mereka.  Tim Research & Development (R&D) Sinar Mas Agribusiness and Food telah mengembangkan benih Dami Mas, hasil persilangan pohon unggul terpilih, dengan kandungan minyak dan berat tandan yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas tradisional. Inovasi terbaru ini merupakan varietas benih yang tahan terhadap penyakit jamur dan memiliki kurang dari 0,1% kontaminasi dura di perkebunan, penyebab pembusukan batang yang berdampak buruk pada hasil panen kelapa sawit.

Dami Mas merupakan salah satu penyedia benih DxP di Indonesia dengan produksi tahunan sebesar 25 juta benih kecambah. Benih Dami Mas DxP terkenal dengan hasil panen dan rasio ekstraksi minyaknya yang tinggi-dua sifat yang sangat dicari oleh para petani kelapa sawit.

Dedy Prasetyo, seorang petani swadaya dari Jambi, mengatakan bahwa penanaman kembali dengan benih bersertifikat telah menunjukkan hasil yang positif. “Setelah 26 bulan, saya sudah bisa memanen lebih dari 1 ton per hektar per bulan. Sebelum peremajaan, saya hanya dapat memanen 500-700 kilogram per hektar per bulan. Saat ini, kebun kelapa sawit saya mampu menghasilkan pendapatan antara Rp 4-5 juta per bulan, sesuai dengan standar harga yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian,” kata Dedy dalam keterangan tertulis. 

Namun, benih bersertifikat saja tidak cukup untuk memberikan hasil yang diharapkan. Praktik penanaman kembali yang baik harus dilengkapi dengan benih berkualitas tinggi.  Sinar Mas Agribusiness and Food juga telah mendorong penggunaan benih bersertifikat dalam program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR)

PSR adalah sebuah program yang bertujuan untuk meremajakan perkebunan kelapa sawit yang sudah tua. Hingga saat ini, program PSR telah mendukung 16.300 petani swadaya dalam meremajakan 32.700 hektar lahan dengan benih bersertifikat. Petani seperti H. Misdan dan petani lainnya yang tergabung dalam program PSR telah menyaksikan sendiri dampak positif dari peremajaan dengan benih bersertifikat dan praktik intensifikasi lahan melalui program PSR. 

H. Misdan mengatakan ia memulai proses penanaman kembali dengan menggunakan benih bersertifikat pada bulan Mei 2015. Saat ini, hasil finansial dari tahun pertama proses penanaman telah mencapai Rp 3,8 juta per tahun dari sekitar 351 hektar lahan yang saya miliki, sedangkan sebelumnya hanya mencapai 2,7 juta per tahun.

Baca Juga: SPKS: EUDR Tidak Hambat Sawit RI Masuk Uni Eropa, Asal Pemerintah Transparan

Terlepas dari keunggulan yang tampak jelas dari benih bersertifikat, petani swadaya sering menghadapi kendala yang signifikan dalam mendapatkannya karena sumber daya yang terbatas dan kurangnya pengetahuan mengenai Praktik Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP). Anggaran yang terbatas sering kali membuat mereka tidak mampu membayar harga premium yang melekat pada benih bersertifikat, padahal benih bersertifikat menjanjikan hasil panen yang lebih tinggi dan ketahanan yang lebih baik terhadap penyakit. 

Hal ini mendorong mereka untuk memilih benih yang lebih murah dan tidak bersertifikat, sehingga berpotensi menurunkan produktivitas dan kerusakan lingkungan. Permasalahan ini diperparah dengan adanya kesenjangan pengetahuan. Banyak petani swadaya yang tidak memiliki akses terhadap informasi mengenai manfaat benih bersertifikat, praktik terbaik dalam penggunaannya, dan bahkan informasi mengenai tempat untuk membelinya. 

Minimnya kesadaran ini memperpanjang siklus ketergantungan pada benih yang tersedia, namun seringkali tidak bersertifikat, sehingga menghambat kemampuan mereka untuk meningkatkan mata pencaharian dan berkontribusi pada produksi kelapa sawit yang berkelanjutan.

Kolaborasi antara program PSR dan benih bersertifikat sangatlah penting. Program ini berperan sebagai jembatan untuk meningkatkan akses terhadap benih bersertifikat bagi petani swadaya. Program ini juga mempermudah akses terhadap bantuan keuangan sehingga petani swadaya dapat memperoleh modal yang diperlukan untuk membeli benih berkualitas unggul untuk menggantikan pohon kelapa sawit yang sudah tua dan tidak produktif.

 

Selanjutnya: Bank Indonesia Uji Coba QRIS Tap NFC di Bus Damri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Danielisa Putriadita