KONTAN.CO.ID - TEL AVIV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dipastikan tidak akan menghadiri upacara pelantikan Presiden AS Donald Trump di Washington pada 20 Januari mendatang Hal ini seperti dikutip The Times of Israel yang melaporkan pada hari Kamis (9/1), mengutip pernyataan ajudan senior perdana menteri tersebut. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak akan menghadiri upacara pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump yang akan datang.
Trump akan mengambil sumpah jabatan dan secara resmi dilantik sebagai presiden AS ke-47 pada 20 Januari di Capitol di Washington, DC. Pemimpin Israel tersebut sebelumnya diharapkan menghadiri acara tersebut.
Baca Juga: Dolar Naik Menyusul Percobaan Pembunuhan Kandidat Presiden AS Donald Trump Ajudan senior Netanyahu tidak menjelaskan lebih lanjut mengapa perjalanan tersebut dibatalkan. Namun, beberapa laporan media mengutip operasi prostat perdana menteri Israel baru-baru ini, yang mengklaim Netanyahu telah disarankan untuk beristirahat setelah perawatan medis tersebut. Perjalanan ke Washington yang sekarang dibatalkan itu akan menjadi perjalanan pertama Netanyahu ke luar negeri sejak surat perintah penangkapan terhadapnya dikeluarkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). Pada bulan November 2024, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, dengan alasan dugaan kejahatan perang terkait konflik di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional.
Baca Juga: Survei Capres AS: Donald Trump Lebih Disukai Pemilih Keturunan Arab Keputusan ICC menuai reaksi beragam di seluruh dunia, dengan beberapa negara menyatakan niat mereka untuk mematuhi arahan pengadilan, terlepas dari kekebalan diplomatik. Hongaria, yang merupakan penanda tangan Statuta Roma, mengatakan tidak akan menegakkan surat perintah tersebut. AS, yang bukan merupakan pihak dalam ICC, telah mengecam surat perintah penangkapan Netanyahu. Menurut laporan media, Trump telah menghubungi Netanyahu mengenai situasi di Timur Tengah, khususnya Gaza. Keduanya melakukan pembicaraan telepon pada bulan Desember, yang kemudian digambarkan keduanya sebagai diskusi yang "sangat baik" dan "hangat".
Trump kemudian menegaskan kembali peringatan publiknya bahwa para sandera yang ditahan di Gaza harus dibebaskan sebelum ia memangku jabatan atau akan ada "neraka yang harus dibayar. Seorang pejabat Hamas baru-baru ini menyatakan bahwa kelompok itu telah menyetujui daftar 34 tawanan yang akan dibebaskan sebagai bagian dari kemungkinan perjanjian gencatan senjata dengan Israel. Namun, kemajuan telah terhenti setelah pejabat Palestina melaporkan lebih dari 100 kematian akibat serangan udara Israel yang intensif selama akhir pekan lalu.
Baca Juga: Modal Kuat Kamala Harris Maju Pemilu Presiden AS Melawan Trump Pada tanggal 7 Oktober 2023, militan Hamas melancarkan serangan mematikan ke Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang ke Gaza.
Sebagai tanggapan, Israel melancarkan kampanye militer yang mengakibatkan kerusakan luas dan hilangnya banyak nyawa di daerah kantong Palestina tersebut. Otoritas kesehatan Gaza telah melaporkan lebih dari 46.700 kematian warga Palestina.
Editor: Syamsul Azhar