KONTAN.CO.ID - Jumlah pelaku industri teknologi finansial (tekfin) di tanah air terus bertambah. Dan, usaha rintisan yang mendominasi industri ini: startup pembayaran atawa payment. Data Asosiasi FinTech Indonesia (Aftech) menyebutkan, dari 235 perusahaan tekfin, sebanyak 39% bergerak di bisnis pembayaran. Ajisatria Suleiman, Direktur Aftech, memperkirakan, bisnis tekfin yang berkembang cukup pesat adalah pembayaran. Ini sejalan dengan konsolidasi dan sinergi yang pelaku usaha industri tekfin lakukan, yakni memadukan bisnis dengan layanan pembayaran yang lebih eksklusif.
Toh, bukan berarti bisnis tekfin pembayaran tanpa tantangan. Anistasya Kristina,
Vice President Corporate Communications PT Nusa Satu Inti Artha (Doku), bilang, setidaknya ada dua tantangan terbesar dalam mengembangkan layanan pembayaran.
Pertama, keamanan siber (
cyber security). Menurut Kristin, panggilan akrab Anistasya Kristina, ini masih jadi tantangan bersama bagi semua pemain tekfin dalam ekosistem e-commerce di manapun juga di Indonesia.
Kedua, edukasi seputar manfaat produk dan teknologi jasa pembayaran memerlukan waktu dan sinergi antara para pelaku industri dan regulator guna mencapai tujuan bersama. Senada, Mukti Pradana,
Product Marketing PT Multi Adiprakarsa Manunggal (Kartuku), mengatakan, masalah keamanan memang jadi tantangan terbesar. “Tentunya keamanan juga merupakan prioritas bagi Kartuku. Oleh karenanya, Kartuku selalu mengikuti sertifikasi standar keamanan sistem pembayaran global setiap tahun,” imbuhnya. Tantangan besar lain, terutama untuk Kartuku adalah, bisa melayani segmen usaha kecil dan menengah (UKM). Sebagian besar
merchant Kartuku merupakan perusahaan atau korporasi besar. Pasar berubah Sementara Setiawan Adhiputro, Direktur PT Visionet Internasional (OVO), melihat, tantangan terbesar dalam mengembangkan layanan pembayaran: pasar dan kebutuhan pelanggan yang terus berubah. Untuk itu, pelaku usaha tekfin harus siap untuk senantiasa beradaptasi. “Kami harus terus dekat dengan masyarakat dan melakukan riset pasar secara mendalam mengenai kebiasaan pelanggan,” kata dia. Dengan memahami kebutuhan pasar dan pelanggan, Setiawan percaya, OVO begitu juga perusahaan tekfin lainnya mampu menciptakan inovasi serta layanan baru yang relevan dengan
customer-nya. Yuk, mengenal layanan sejumlah perusahaan tekfin yang bermain di pembayaran.
OVO merupakan uang elektronik berbasis aplikasi. Penggunanya harus melakukan pengisian (
top up) terlebih dahulu untuk melakukan transaksi, mulai membayar di merchant, membeli pulsa, hingga melakukan transfer dana. Model bisnis OVO memiliki tiga pilar utama, yakni pembayaran digital, poin loyalitas (
loyalty points), dan layanan finansial. Untuk model bisnis pembayaran, perusahaan yang berkibar di bawah naungan LippoX ini mendukung gerakan percepatan nasional non-tunai dengan sistem pembayaran yang simpel, instan, dan aman. Para pengguna OVO bisa melakukan transaksi dengan mudah dari
smartphone mereka. Poin loyalitas, Setiawan menjelaskan, merupakan program
cross-coalition loyalty yang memungkinkan para pengguna untuk mengumpulkan dan menggunakan OVO Points mereka di lebih dari 27.000 titik
merchant di 200 kota yang bekerjasama dengan OVO. Termasuk di dalamnya industri ritel, penerbangan, transportasi, serta makanan dan minuman (F&B). Selain itu, OVO juga memiliki promo eksklusif dan prioritas bagi pengguna. Sedang untuk layanan finansial, OVO fokus mengembangkan produk keuangan untuk masyarakat Indonesia yang tidak bisa dijangkau oleh bank konvensional. Misalnya, transfer dana antar-akun OVO dan ke rekening bank serta pembukaan rekening reksadana. Saat ini, Setiawan mengklaim, hanya OVO yang mengintegrasikan ketiga fitur tersebut dalam satu platform. “Kami yakin, kehadiran OVO bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan membantu mereka dalam meng-akses berbagai layanan finansial,” ujar Setiawan. Tambah lagi, dengan aplikasi yang
all-in-one, OVO bisa membantu konsumen tidak perlu mengunduh berbagai macam aplikasi, cukup satu saja. Untuk terus bisa berkembang dan memberikan pengalaman pengguna yang terbaik, OVO terbuka untuk berkongsi dengan berbagai pihak. Salah satunya yang sedang berjalan ada-lah kerjasama dengan MyFave.com. Para pengguna OVO bisa membeli vocer diskon dari berbagai kategori, seperti makanan, liburan, dan kecantikan. Pengguna OVO juga bisa melakukan pembayaran melalui aplikasi Fave. Setiawan menambahkan, OVO baru saja meneken kerjasama dengan Bank Mandiri. Dengan kemitraan ini, baik nasabah Bank Mandiri ataupun pengguna OVO bisa menerima manfaat dari kecepatan transaksi elektronik yang akan tersedia di puluhan ribu lokasi di seluruh Indonesia. “OVO akan menerima layanan Bank Man-diri di aplikasinya dan dapat memanfaatkan jaringan elektronik Bank Mandiri, seperti ATM dan Mandiri Online, sebagai infrastruktur pendukung untuk pengembangan layanan kami,” ungkap Setiawan. Ke depan, OVO akan terus melakukan ekspansi dan kerjasama dengan berbagai industri, termasuk penerbangan, transportasi daring dan publik, tol elektronik (
e-toll), pemesanan makanan online, juga e-commerce. Ini guna memberi kemudahan bagi para pengguna untuk bisa transaksi menggunakan OVO di manapun mereka berada di wilayah Indonesia.
Doku adalah penyedia layanan pembayaran elektronik dengan
end to end services, yang melayani segmen bisnis (
merchant) juga konsumen (
user). Solusi untuk
merchant, Doku menyediakan layanan gerbang pembayaran (
payment gateway) yang bisa digunakan korporat, UKM, startup, sampai penjual perorangan (
personal seller) yang belum memiliki platform toko online. Layanan payment gateway Doku, Anistasya menyatakan, bersifat scalable. Artinya, “Dengan sekali proses integrasi melalui sebuah web portal, sistem
payment gateway Doku siap bertumbuh bersama model bisnis dari masing-masing
merchant,” jelas Anistasya. Selain
payment gateway, untuk solusi
merchant, DOKU menawarkan layanan remitansi atau transfer uang luar negeri, distribusi gaji (
payroll disbursement), tagihan rekening (account billing), manajemen risiko (
risk management). Sementara solusi untuk konsumen, DOKU menyediakan layanan dompet elektronik (e-Wallet) untuk memfasilitasi konsumen yang belum terjamah perbankan atau tidak memiliki kartu kredit, sehingga bisa melakukan pembayaran secara online. DOKU e-Wallet dirancang sebagai dompet elektronik untuk menampung alokasi dana-dana rutin bulanan penggunanya, mulai belanja daring, top up pulsa, bayar listrik, bayar tagihan bulanan, bayar cicilan sampai belanja investasi di marketplace reksadana. Pengguna juga bisa melakukan beragam proses elektronik lainnya, seperti
top up saldo,
cash out di gerai ritel Alfa Group, belanja offline di gerai, transfer ke sesama pengguna, transfer dari dan ke rekening bank. “Satu e-Wallet untuk memenuhi kebutuhan rutin pengguna,” kata Anistasya. Melalui
end to end services dan
payment ecosystem yang terbentuk, DOKU tidak hanya ingin memberikan akses keuangan alternatif dengan pilihan metode bayar yang beragam sesuai pilihan, kemudahan dan kenyamanan bertransaksi bagi para merchant serta konsumen secara umum. Tapi juga membantu
merchant dengan model bisnis konvensional melakukan ekspansi bisnis ke ranah online dan memperluas pasar. Per kuartal satu 2018, Doku sudah melayani sebanyak 35,000 merchant. Dengan model bisnis
pay per use, mereka akan membebankan biaya untuk setiap transaksi yang sukses kepada para
merchant. Saat ini, Doku sedang mengoptimalkan fitur dan tools analytics dari solusi DOKU Merchant yang diluncurkan akhir 2017 lalu, yakni merchant.doku.com, sebuah portal
self-onboard untuk
merchant baru. Kini,
merchant besar atau kecil bisa menggunakan layanan Doku dengan melakukan registrasi melalui portal tersebut. “Para
merchant dengan mudah dapat mengakses
dashboard untuk memonitor dan mendapatkan analisis laporan transaksi serta mengontrol laju bisnis mereka kapanpun dan di manapun,” beber Anistasya.
Model bisnis yang Kartuku tawarkan berbasis transaksi dan biaya berlangganan. Layanan utamanya:
unified payment yaitu sistem pembayaran offline non-tunai yang memungkinkan merchant untuk menerima berbagai macam jenis pembayaran maupun program promosi secara otomatis. Kartuku menciptakan inovasi layanan itu untuk
merchant dengan tujuan utama menumbuhkan bisnisnya. Di samping itu, mereka mendesain
unified payment untuk mengoptimalkan proses pembayaran offline non-tunai secara mudah dan aman lagi handal. “Caranya, mengimplementasikan satu perangkat EDC saja untuk banyak bank maupun institusi keuangan lain,” ujar Mukti. Layanan itu memungkinkan merchant bisa menerima berbagai macam jenis pembayaran yang dikehendaki konsumen, mempercepat proses transaksi konsumen, melindungi keamanan transaksi konsumen.
Kartuku sekarang mengoperasikan sekitar 150.000 alat pembayaran di lebih dari 5.000 gerai
offline merchant. Mereka juga bermitra dengan lebih dari 15 institusi finansial, yaitu perbankan juga penerbit uang elektronik dan dompet digital. Ke depan, Kartuku akan fokus pada pengembangan penggunaan offline Go-Pay yang diterbitkan Go-Jek, dengan mengintegrasikan penerimaan layanan dompet digital ini ke jaringan merchant mereka. “Kartuku juga akan berupaya untuk menyediakan infrastruktur pembayaran offline untuk merchant UKM,” tambah Mukti. Saling beradu layanan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan