Mitos Anak Diare - Cukup banyak mitos-mitos tentang penyakit tertentu seperti diare yang masih dipercayai oleh masyarakat Indonesia. Sayangnya mitos tersebut seringkali salah sehingga malah membuat diare anak semakin parah. Bersumber dari
Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM), tata laksana mengatasi diare anak sebenarnya sederhana dan tidak mahal. Sebagian besar diare pada anak disebabkan oleh infeksi virus. Selain itu bisa juga akibat infeksi bakteri, parasit, alergi, keracunan, intoleransi, dan efek samping obat. Diare akibat infeksi virus bisa sembuh tanpa antibiotik jika sistem imun anak cukup kuat.
Baca Juga: Daftar Nama-Nama Sayuran, Buah, dan Rempah dalam Bahasa Inggris serta Artinya Seorang anak dikatakan mengalami diare jika frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali dalam 24 jam, dan perubahan konsistensi (bentuk) feses menjadi lebih cair. Anak yang sedang diare terkadang tidak nafsu makan dan mual sehingga asupan cairan tubuh berkurang dan anak menjadi lemas. Air yang keluar melalui diare juga membuat cairan dan elektrolit dalam tubuh banyak terbuang, terlebih jika anak muntah-muntah.
Mitos tentang diare anak
Ada baiknya orangtua memberikan penanganan anak dengan diare saat di rumah dengan penanganan yang tepat. Jika anak tidak suka minum oralit, Anda bisa menggunakan cairan rumah tangga sebagai pengganti oralit, misalnya dengan memberikan kuah sayur, sup atau bubur. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia WHO, probiotik mungkin bermanfaat untuk diare yang timbul akibat penggunaan antibiotik, tetapi efeknya tidak signifikan pada diare lainnya. Harga probiotik juga cukup mahal, sehingga pemberiannya tidak direkomendasikan dalam panduan, tetapi jika ayah bunda tetap ingin memberikan maka tidak berbahaya bagi anak. Perlu diketahui bahwa saat anak mengalami diare, pergerakan usus akan meningkat. Pemberian anti diare akan menghambat gerakan itu sehingga bisa menyebabkan komplikasi seperti usus terlipat atau terjepit, hal ini sangat berbahaya bagi anak.
Baca Juga: Apa Itu Sistem Imun? Ini Manfaat Sistem Imun, Jenis, dan Fungsinya Masing-Masing Selain itu terdapat beberapa mitos berbahaya dalam menghadapi anak diare yang perlu dihindari oleh orangtua antara lain:
- Menghentikan pemberian susu anak atau mengganti susu anak
Ini adalah salah satu mitos yang berbahaya, karena tidak semua diare disebabkan oleh alergi susu. Penghentian susu justru akan menyebabkan berkurangnya nutrisi dan cairan untuk anak diare. Penggantian jenis susu juga tidak perlu dilakukan pada anak diare, karena penggantian merk atau jenis susu justru dapat memicu alergi atau intoleransi pencernaan anak dan dapat memperburuk kondisi anak diare.
- Mengurangi pemberian makan
Mitos berbahaya, karena justru akan menyebabkan gizi anak menjadi buruk. Saat anak diare justru membutuhkan nutrisi dan cairan yang lebih banyak dari biasanya, sehingga berikan makanan dan minuman lebih sering pada anak diare.
- Memberikan minuman teh akan berisiko anak menjadi anemia, karena teh akan mengikat zat besi anak.
- Memberikan pijatan pada perut anak juga berisiko membuat usus terbelit dan hal ini justru akan memperburuk kondisi anak dan sangat berbahaya.
Jangan lupa bahwa diare dapat menyebabkan kondisi yang serius, maka jaga kondisi anak agar tidak kekurangan cairan (dehidrasi). Segera ke rumah sakit jika diare semakin sering atau muncul tanda kekurangan cairan pada anak.
Cara mengatasi anak yang diare
Kementerian Kesehatan RI mempunyai Program untuk mengatasi diare dengan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yakni:
Oralit berguna untuk mengatasi dehidrasi dengan mengganti cairan dan elektrolit tubuh. Segera berikan oralit begitu anak mengalami diare sampai diarenya berhenti. Satu bungkus oralit dilarutkan dalam 1 gelas air matang (200cc). Jika usia anak kurang dari 1 tahun, berikan 50-100cc tiap BAB cair, jika lebih dari 1 tahun berikan 100-200cc. Pemberian oralit ini juga bisa mengurangi volume feses dan mengurangi mual muntah pada anak diare.
Baca Juga: 10 Langkah Hilangkan Asam Urat, Bisa Obati Sendiri di Rumah Zink dalam tubuh akan banyak berkurang saat anak diare. Pemberian zink ini dapat mempercepat penyembuhan diare, menjaga anak tetap sehat, dan mencegah diare berulang. Dosis pemberian Zink adalah 10 mg per hari untuk anak usia kurang dari 6 bulan, dan 20mg per hari untuk anak usia 6 bulan atau lebih, selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti.
- Terus memberi ASI dan makan
Berikan ASI sebanyak anak mau, akan lebih baik jika lebih banyak dari biasanya. Jika anak sudah mulai makan, maka pemberian makan dilakukan seperti biasa dengan frekuensi yang lebih sering. Lanjutkan hingga 2 minggu setelah diare berhenti untuk mempercepat penyembuhan, pemulihan, dan mencegah malnutrisi. Ayah bunda harus lebih memperhatikan kebersihan makanan, alat makan, dan tangan anak.
- Selektif memberikan antibiotik
Tidak semua diare membutuhkan antibiotik, hal ini sesuai dengan penjelasan di atas bahwa sebagian besar penyebab diare pada anak adalah virus. Hanya ada sebagian kecil kasus diare yang membutuhkan antibiotik dan hal tersebut harus dikonsultasikan dulu dengan dokter.
Pemberian antibiotik yang tidak tepat justru akan berbahaya karena akan menyebabkan flora normal usus yang diperlukan dalam pencernaan ikut terbunuh sehingga diare menjadi berkepanjangan. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak tepat justru akan menyebabkan bakteri menjadi resisten (kebal).
- Segera bawa anak ke dokter
Hal penting yang perlu diperhatikan oleh ayah bunda adalah harus segera kembali periksa ke petugas kesehatan jika ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, anak sangat kehausan, dan diare makin sering. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News