JAKARTA. Langkah PT Samindo Resources Tbk (MYOH) beralih ke bisnis tambang cukup tepat. Perusahaan ini sebelumnya bergerak di bidang penyedia jasa teknologi informasi dan baru masuk ke bisnis tambang batubara pada awal 2012. Pasca banting stir, kinerja emiten ini langsung melejit. Pendapatan sepanjang 2012 naik 25,6% menjadi Rp 1,79 triliun dari Rp 1,42 triliun di 2011. Samindo juga berhasil membukukan laba bersih menjadi Rp 36,15 miliar. Padahal di 2011, MYOH mencatatkan rugi bersih Rp 6,2 miliar. Kenaikan pendapatan dan laba bersih MYOH berlanjut di kuartal I tahun ini. Pendapatan dan laba bersih naik masing-masing 28,53% dan 45,80%. Berdasarkan laporan keuangan Samindo, kenaikan laba bersih berasal dari laba selisih kurs Rp 512,69 miliar. Padahal, di kuartal I tahun lalu MYOH menderita rugi kurs Rp 894,43 miliar. Selain itu, laba juga tertopang hasil akuisisi perusahaan tambang.
Akhir tahun lalu, emiten yang sebelumnya bernama PT Myoh Technology Tbk diakuisisi perusahaan asal Korea, Samtan Co.Ltd. Perusahaan ini juga mengakuisisi kepemilikan saham perusahaan kontraktor jasa pertambangan, PT Sims Jaya Kaltim. MYOH juga mengakuisisi tiga perusahaan dari entitas pengendali yakni PT Trasindo Murni Perkasa, PT Samindo Utama Kaltim dan PT Mintec Abadi. Pasca akuisisi, MYOH mengganti bisnis inti menjadi jasa pertambangan dan berganti nama menjadi PT Samindo Resources Tbk. Perusahaan ini juga menganggarkan dana US$ 20,06 juta di tahun ini. Anggaran tersebut untuk modal kerja tiga perusahaan tambang, antara lain untuk mengganti peralatan dan alat berat. Bujet belanja modal salah satunya berasal dari pinjaman. Yang terbaru, MYOH mendapat pinjaman dari PT Bank KEB Indonesia. Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (1/5) MYOH menerima fasilitas kredit senilai US$ 5 juta. Pinjaman tersebut adalah fasilitas kredit revolving. Lee Chan Hoon, Presiden Direktur Samindo mengatakan, penandatangan perjanjian fasilitas kredit pada 25 Maret 2013. "Pinjaman tersebut dalam jangka waktu satu tahun," ujar Lee, dalam rilisnya, Rabu (1/5). Bunga utang tersebut LIBOR tiga bulan ditambah 1,5%. Pinjaman tersebut nantinya akan digunakan untuk membiayai ekspansi Samindo Utama Kaltim. Seperti untuk membeli peralatan baru. Akuisisi tambang baru Agar bisnisnya semakin mengkilap, MYOH berencana ekspansi ke sektor hulu. Samindo berencana mengakuisisi sejumlah tambang batubara di Kalimantan Timur. Perusahaan ini menargetkan bisa menghasilkan produksi batubara 50.000 ton per bulan atau 500.000 ton per tahun dari tambang tersebut. Direktur Pengembangan Bisnis MYOH, Priyo Pribadi Soemarno mengatakan, ini adalah saat tepat melakukan ekspansi. "Saat kondisi pasar batubara negatif merupakan waktu yang tepat untuk melakukan ekspansi. Sebab, banyak perusahaan batubara yang melepas aset karena harga di pasar global jatuh tajam," papar dia. Pendanaan akuisisi tersebut berasal dari kas internal. Per Maret 2013, kas setara kas MYOH sebesar Rp 84,76 miliar. Selain itu, MYOH juga mendapat kucuran dana dari pengendali, Samtan Co Ltd.
MYOH mengaku sudah mempunyai pasar yang siap menampung hasil produksi yaitu di Korea Selatan dan China. Jika aksi akuisisi berjalan lancar manajemen yakin, pendapatan bisa tumbuh signifikan. Harly Siregar, Sekretaris Perusahaan MYOH yakin, pendapatan MYOH tahun ini bisa tumbuh 51,95% menjadi US$ 302,94 juta atau Rp 2,72 triliun. Sedangkan, laba bersih bisa melonjak 256% menjadi US$ 14,89 juta setara Rp 128,96 miliar di tahun ini. MYOH juga berharap bisa meraih pendapatan US$ 365,09 juta atau naik 17,02% di tahun 2016, dengan perolehan laba bersih US$ 24,43 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana