Walaupun sudah termasuk orang yang sukses dalam usaha fesyen berbahan songket dan jumputan, Nyanyu Nur Komariah alias Adis tak lantas berpuas diri. Kini ia telah menyiapkan rencana ke depan untuk pengembangan Rumah Songket Adis.Dengan memiliki rumah songket, ia bertekad mempertahankan keaslian songket tenun. Ia menyayangkan banyak pengusaha yang tidak lagi melestarikan songket asli hasil tenunan. Buktinya, saat ini justru songket buatan mesin yang merajai pusat-pusat perbelanjaan di Palembang. "Saya tidak mau ikut-ikutan seperti itu. Saya akan berkonsentrasi terus melestarikan kerajinan tradisional ini," klaimnya.Nah, supaya tetap bisa mengikuti perkembangan zaman, namun tetap mempertahankan keaslian songket tenun, ia akan menciptakan desain fesyen yang inovatif. Dengan cara ini, ia yakin bakal mampu bersaing dengan desainer lainnya. "Saya akan menonjolkan kekhasan desain pakaian saya, yakni model yang simpel, namun tetap elegan,” tutur Adis.Sejatinya, perempuan kelahiran 29 tahun silam ini menilai, kain songket sudah glamour dengan kilauan benang emas dan perak. Makanya ketika membuat pakaian dari kain tersebut, desain tidak perlu rumit supaya tidak kelihatan norak.Adis juga berambisi menggelar pameran tunggal Rumah Songket Adis pada tahun depan. Ia mengaku sudah punya konsep untuk pameran. Saat ini, ia sedang menunggu momen yang tepat untuk menyelenggarakan pameran. Nantinya, ia akan menggandeng beberapa desainer dari luar kota. “Nanti tidak hanya fashion show, tetapi juga akan ada booth beberapa pelaku usaha yang mau memasarkan kain tradisional Palembang,” ujarnya berpromosi.Selama ini, Adis memang kerap mengikuti pameran fesyen. Dia mengamati dan belajar, sehingga optimistis bisa membuat pameran sendiri. Menurut perhitungannya, pameran itu bakal menelan biaya Rp 100 juta. Maka, ia berencana menggaet sponsor, termasuk meminta dukungan dari pemerintah setempat.Selain pameran, lulusan Sistem Informatika dari STMIK Palembang ini ingin memperluas kiosnya yang sudah ada saat ini. Jika berjalan mulus, maka dalam beberapa tahun ke depan, ia juga akan membuka cabang Rumah Songket Adis di luar kota Palembang. “Makanya, saya mulai bersiap-siap dengan memperkuat tim penjahit untuk memproduksi baju, dan menambah jumlah perajin songket,” imbuhnya.Sederet rencana itu, sejatinya disusun Adis demi mewujudkan impiannya menjadikan usahanya sebagai one stop ethic shopping. Nantinya, Rumah Songket Adis akan menjadi produsen beragam produk yang kental nuansa etnis, terutama tenun Palembang, baik berupa kain, fesyen, maupun aksesori.Ia berharap melalui Rumah Songket Adis, ia bisa membawa kain songket menjadi salah satu warisan budaya yang diakui UNESCO, layaknya kain batik. “Mimpi saya, songket bisa diakui masyarakat dunia,” ucap Adis. Untuk itu ia mengharapkan Pemerintah Daerah Palembang juga berperan, misalnya, dengan mewajibkan warganya menggunakan kain songket pada hari tertentu. (Selesai)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berambisi membawa kain songket mendunia (3)
Walaupun sudah termasuk orang yang sukses dalam usaha fesyen berbahan songket dan jumputan, Nyanyu Nur Komariah alias Adis tak lantas berpuas diri. Kini ia telah menyiapkan rencana ke depan untuk pengembangan Rumah Songket Adis.Dengan memiliki rumah songket, ia bertekad mempertahankan keaslian songket tenun. Ia menyayangkan banyak pengusaha yang tidak lagi melestarikan songket asli hasil tenunan. Buktinya, saat ini justru songket buatan mesin yang merajai pusat-pusat perbelanjaan di Palembang. "Saya tidak mau ikut-ikutan seperti itu. Saya akan berkonsentrasi terus melestarikan kerajinan tradisional ini," klaimnya.Nah, supaya tetap bisa mengikuti perkembangan zaman, namun tetap mempertahankan keaslian songket tenun, ia akan menciptakan desain fesyen yang inovatif. Dengan cara ini, ia yakin bakal mampu bersaing dengan desainer lainnya. "Saya akan menonjolkan kekhasan desain pakaian saya, yakni model yang simpel, namun tetap elegan,” tutur Adis.Sejatinya, perempuan kelahiran 29 tahun silam ini menilai, kain songket sudah glamour dengan kilauan benang emas dan perak. Makanya ketika membuat pakaian dari kain tersebut, desain tidak perlu rumit supaya tidak kelihatan norak.Adis juga berambisi menggelar pameran tunggal Rumah Songket Adis pada tahun depan. Ia mengaku sudah punya konsep untuk pameran. Saat ini, ia sedang menunggu momen yang tepat untuk menyelenggarakan pameran. Nantinya, ia akan menggandeng beberapa desainer dari luar kota. “Nanti tidak hanya fashion show, tetapi juga akan ada booth beberapa pelaku usaha yang mau memasarkan kain tradisional Palembang,” ujarnya berpromosi.Selama ini, Adis memang kerap mengikuti pameran fesyen. Dia mengamati dan belajar, sehingga optimistis bisa membuat pameran sendiri. Menurut perhitungannya, pameran itu bakal menelan biaya Rp 100 juta. Maka, ia berencana menggaet sponsor, termasuk meminta dukungan dari pemerintah setempat.Selain pameran, lulusan Sistem Informatika dari STMIK Palembang ini ingin memperluas kiosnya yang sudah ada saat ini. Jika berjalan mulus, maka dalam beberapa tahun ke depan, ia juga akan membuka cabang Rumah Songket Adis di luar kota Palembang. “Makanya, saya mulai bersiap-siap dengan memperkuat tim penjahit untuk memproduksi baju, dan menambah jumlah perajin songket,” imbuhnya.Sederet rencana itu, sejatinya disusun Adis demi mewujudkan impiannya menjadikan usahanya sebagai one stop ethic shopping. Nantinya, Rumah Songket Adis akan menjadi produsen beragam produk yang kental nuansa etnis, terutama tenun Palembang, baik berupa kain, fesyen, maupun aksesori.Ia berharap melalui Rumah Songket Adis, ia bisa membawa kain songket menjadi salah satu warisan budaya yang diakui UNESCO, layaknya kain batik. “Mimpi saya, songket bisa diakui masyarakat dunia,” ucap Adis. Untuk itu ia mengharapkan Pemerintah Daerah Palembang juga berperan, misalnya, dengan mewajibkan warganya menggunakan kain songket pada hari tertentu. (Selesai)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News