KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serangan ransomware terhadap perusahaan Amerika Serikat yang semakin marak terjadi belakang ini membuat Presiden Joe Biden geram. Dia pun mengarahkan badan-badan intelijen AS untuk menyelidiki siapa yang berada di balik serangan tersebut. Sejumlah serangan siber yang terjadi pada perusahaan multinasional AS dicurigai dari geng hacker asal Rusia. Mengutip
Reuters, perusahaan keamanan Huntress Labs mengatakan, pihaknya yakin geng ransomware REvil yang terkait dengan Rusia harus disalahkan atas wabah ransomware terbaru. Bulan lalu, FBI juga menyalahkan kelompok yang sama karena melumpuhkan pengepakan daging JBS SA, yang merupakan anak usaha dari JBS Brasil.
Terbaru, REvil diduga kembali terlibat dalam serangan ransomware terbesar ke penyedia teknologi asal Negeri Paman Sam, Kaseya. Mereka mengubah alat Kaseya yang disebut VSA, yang digunakan oleh perusahaan yang mengelola teknologi di bisnis kecil. Hacker kemudian mengenkripsi file pelanggan penyedia tersebut secara bersamaan.
Baca Juga: Serangan siber terbesar ke penyedia teknologi AS paksa jaringan toko Swedia tutup Huntress mengatakan, sedang melacak delapan penyedia layanan terkelola yang telah digunakan untuk menginfeksi sekitar 200 klien. Dalam situs resminya, Kaseya mengatakan sedang menyelidiki "potensi serangan" pada VSA, yang digunakan oleh para profesional TI untuk mengelola server, desktop, perangkat jaringan, dan printer. "Ini adalah serangan rantai pasokan yang kolosal dan menghancurkan," kata peneliti keamanan senior Huntress, John Hammond. Dengan kejadian ini, jaringan ritel Swedish Coop harus menutup sekitar 800 toko-nya karena tidak dapat menggunakan mesin kasir. Saat ini, Biden juga telah mengarahkan badan-badan intelijen AS untuk menyelidiki, dan AS akan merespons jika mereka menemukan keterlibatan Rusia dan akan menyalahkan negara tersebut akibat serangan siber berturut-turut ini. Selama pertemuan puncak antara kedua negara di Jenewa pada 16 Juni lalu, Biden telah mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menindak peretas siber yang berasal dari Rusia dan memperingatkan konsekuensi jika serangan ransomware semacam itu terus berkembang biak. “Jika itu dengan sepengetahuan dan/atau konsekuensi dari Rusia, maka saya memberi tahu Putin bahwa kami akan merespons,” kata Biden, merujuk pada apa yang dia katakan kepada Putin di Jenewa.
Baca Juga: Kena serangan siber, anak usaha produsen daging terbesar di dunia bayar US$ 11 juta Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, Badan Keamanan Cybersecurity dan Infrastruktur AS mengatakan akan mengambil tindakan untuk memahami dan mengatasi serangan ransomware rantai pasokan baru-baru ini terhadap produk VSA Kaseya. Serangan rantai pasokan telah merayap ke puncak agenda keamanan siber setelah Amerika Serikat menuduh peretas beroperasi atas arahan pemerintah Rusia dan merusak alat pemantauan jaringan yang dibangun oleh perusahaan perangkat lunak Texas SolarWinds. Sementara itu, otoritas AS dan Inggris mengatakan mata-mata Rusia yang dituduh ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016 telah menghabiskan sebagian besar dari dua tahun terakhir menyalahgunakan jaringan pribadi virtual (VPN) untuk menargetkan ratusan organisasi di seluruh dunia. Pada hari Jumat, kedutaan Rusia di Washington membantah tuduhan itu.
Editor: Anna Suci Perwitasari