KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pahami frekuensi atau berapa kali buang air besar yang dianggap sehat dalam satu minggu sangat penting. Rasa tidak nyaman di perut atau kesulitan dalam melakukan buang air besar bisa menunjukkan adanya gangguan kesehatan. Jumlah kali buang air besar yang normal bisa berbeda-beda untuk setiap orang. Ada yang mungkin perlu buang air besar setiap hari, sementara lainnya hanya beberapa kali per minggu. Berbagai faktor seperti diet, aktivitas fisik, dan rutinitas harian seseorang bisa berpengaruh terhadap seberapa sering mereka buang air besar.
Dengan demikian, sangat penting untuk memperhatikan berbagai aspek lain yang dapat memengaruhi kebiasaan buang air besar seseorang.
Baca Juga: 7 Khasiat Minum Air Es yang Jarang Diketahui, Bisa Turunkan Berat Badan Juga! Penyebab susah BAB
Frekuensi buang air besar (BAB) dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, dan ini dapat bervariasi antara individu. Peran makanan dalam diet serta tingkat seratnya sangat berpengaruh. Konsumsi makanan yang kaya serat seperti buah, sayuran, dan biji-bijian dapat meningkatkan frekuensi buang air besar (BAB) dengan meningkatkan volume dan kelembutan tinja.
- Pastikan untuk cukup minum agar tidak dehidrasi, karena dehidrasi dapat membuat tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan, yang dapat mengurangi frekuensi BAB.
- Selain itu, aktivitas fisik juga dapat merangsang pergerakan usus dan meningkatkan frekuensi BAB, dan orang yang aktif secara fisik biasanya memiliki sistem pencernaan yang lebih sehat.
- Kondisi kesehatan usus seperti sindrom iritasi usus (IBS), penyakit radang usus (seperti kolitis ulcerativa atau penyakit Crohn), atau gangguan pencernaan lainnya juga dapat memengaruhi frekuensi BAB.
- Kebiasaan pribadi dan rutin buang air besar juga memainkan peran penting dalam frekuensi BAB; beberapa orang memiliki kebiasaan rutin setiap hari, sementara yang lain mungkin buang air besar beberapa kali seminggu.
- Faktor psikologis seperti stres dan kecemasan juga dapat mempengaruhi fungsi usus dan menyebabkan perubahan dalam frekuensi dan konsistensi tinja.
- Seiring bertambahnya usia, frekuensi BAB juga dapat bervariasi, dan beberapa orang mungkin mengalami perubahan dalam kecepatan pergerakan usus.
- Terakhir, beberapa jenis obat-obatan seperti opioid, antidepresan, atau antasida yang mengandung aluminium juga dapat memengaruhi fungsi usus dan frekuensi BAB.
Baca Juga: Catat 6 Penyebab Sembelit yang Berasal dari Makanan Frekuensi buang air besar normal
Lalu, berapa frekuensi buang air besar normal? Secara umum, rentang frekuensi buang air besar yang dianggap normal adalah antara tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu. Sebuah studi tahun 2010 yang diterbitkan dalam
Scandinavian Journal of Gastroenterology ungkap bahwa 98 persen partisipan buang air besar antara 3 kali seminggu hingga 3 kali sehari. Kebanyakan orang memiliki rutinitasnya sendiri dan pergi ke kamar mandi dengan jumlah yang sama setiap hari dan pada waktu yang hampir bersamaan. Selama frekuensi buang air besar tidak terlalu bervariasi dari kebiasaan normal Anda dan tidak ada perubahan yang mencolok dalam konsistensi tinja, biasanya tidak ada alasan untuk khawatir. Berbagai faktor memengaruhi seberapa sering seseorang pergi ke toilet untuk buang air besar (BAB), dan hal ini bisa berbeda-beda antara individu. Beberapa hal yang dapat memengaruhi frekuensi BAB meliputi: 1. Pola Makan Jenis makanan dan jumlah serat dalam makanan dapat berperan penting. Makanan yang kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian, dapat meningkatkan frekuensi BAB dengan meningkatkan volume dan kelembutan tinja. 2. Konsumsi Cairan Dehidrasi dapat membuat tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan, yang dapat mengurangi frekuensi BAB. Memastikan asupan cairan yang cukup dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan. 3. Aktivitas Fisik Gerakan tubuh dapat merangsang pergerakan usus dan meningkatkan frekuensi BAB. Orang yang aktif secara fisik biasanya memiliki sistem pencernaan yang lebih sehat. 4. Kesehatan Usus Kondisi seperti sindrom iritasi usus (IBS), penyakit radang usus (seperti kolitis ulcerativa atau penyakit Crohn), atau masalah pencernaan lainnya dapat mempengaruhi frekuensi BAB. 5. Kebiasaan Toilet Kebiasaan pribadi dan rutinitas buang air besar juga bisa mempengaruhi frekuensi BAB. Ada yang memiliki kebiasaan rutin setiap hari, sementara yang lain mungkin tidak sekerap itu. 6. Psikologis dan Usia Stres dan kecemasan dapat memengaruhi fungsi usus dan menyebabkan perubahan dalam frekuensi dan konsistensi tinja. Frekuensi BAB bisa berubah seiring bertambahnya usia. Beberapa orang mungkin mengalami perubahan dalam kecepatan gerakan usus saat menua. 7. Obat-obatan Beberapa jenis obat, seperti opioid, antidepresan, atau antasida yang mengandung aluminium, dapat mempengaruhi fungsi usus dan frekuensi BAB.
Terkait dengan frekuensi BAB yang normal, secara umum, angka yang dianggap normal adalah antara tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu. Studi menunjukkan bahwa sebagian besar orang buang air besar dalam rentang ini. Selain itu, beberapa obat luar konstipasi bisa menjadi pegangan awal untuk mengatasi adanya perubahan frekuensi buang air besar. Itulah informasi terkait frekuensi buang air besar yang normal dalam seminggu dan kapan harus ke dokter. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News