Berau Coal beli dua kapal tongkang baru



JAKARTA. Produsen batubara, PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) melalui anak usahanya PT Berau Coal bersiap membeli dua kapal tongkang atawa barge pada tahun ini. Pembelian tersebut untuk mendukung aktivitas pengangkutan batubara Berau Coal di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. 

Presiden Direktur PT Berau Coal Energy Tbk Amir Sambodo dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Senin (12/1) menyatakan, pihaknya telah mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 84 miliar untuk membeli dua kapal tongkang tersebut.

Uang sebesar Rp 84 miliar itu berasal dari dana hasil Initial Public Offering (IPO) perusahaan. Dia menjelaskan, penggunaan dana hasil IPO ini sudah disetujui oleh pemegang saham Berau Coal Energy. "Dengan pembelian dua tambahan barge ini, maka total barge yang sudah dibeli dengan menggunakan dana hasil IPO menjadi delapan," tegas dia.


Sementara itu, General Manager Corporate Communications PT Berau Coal Energy Tbk Singgih Widagdo menambahkan, pembelian barge baru itu bertujuan untuk mendukung transhipment atau pengangkutan batubara di dalam negeri. "Untuk penjualan ke pasar ekspor atau ke luar negeri tentu saja tidak bisa memakai kapal tongkang atau barge, yang terbuka," ujar Singgih kepada KONTAN, Senin (12/1).

Amir juga menambahkan bahwa awalnya perusahaan berencana membeli sebanyak 25 unit barge dengan menggunakan dana IPO. Tetapi karena harga batubara yang melorot, manajemen memutuskan untuk hanya membeli delapan barge. Dengan demikian, sekarang, perusahaan ini sudah mengoperasikan sekitar 37 barge untuk mendukung distribusi batubara mereka.

Singgih melanjutkan, pada tahun 2015, Berau Coal menargetkan produksi batubara sebanyak 27 juta ton. Angka produksi ini lebih tinggi dibandingkan dengan produksi batubara perusahaan pada 2014 yang sekitar 24,5 juta ton. Kenaikan produksi itu tujuannya untuk menjaga pertumbuhan pendapatan meskipun harga batubara masih rendah.

"Target produksi yang meningkat ini tidak menjadi masalah karena kapasitas produksi Berau saat ini mencapai 29 juta ton," terang Singgih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto