Berawal dari hobi memfoto teman yang sedang hamil



Ephel Sudarmadji mulai terjun ke bisnis maternity photography atau foto ibu hamil pada tahun 2011, dengan mengusung bendera usaha Click Portraiture. Ephel sendiri sudah menekuni hobi fotografi sejak lama.

Cuma, hobinya itu baru dia manfaatkan sebagai ajang bisnis sejak dia menekuni maternity photography. Ia terinspirasi dari teman-teman sebayanya yang sudah menikah dan memiliki jarak kehamilan yang bersamaan.

"Dari situ, ada keinginan untuk mengabadikan momen-momen teman saya yang sedang hamil, lalu berujung pada bisnis," kata Ephel.  


Ia tertarik terjun ke bisnis ini karena memotret ibu hamil tidak serumit memotret objek lain, seperti foto wedding dan pre-wedding. "Ibu hamil itu kan tidak boleh banyak gerak, dan gayanya juga tidak boleh asal. Jadi di situ menariknya," ujarnya.

Sebelum terjun ke bisnis ini, Ephel pernah mengikuti pelatihan dan mendalami fotografi di Darwis Triadi School of Photography. Di sekolah fotografi itu ia bertemu pria yang kini menjadi suaminya.

Lalu, mereka memutuskan untuk merintis bisnis ini bersama-sama. "Jadi suami saya juga seorang fotografer," ucapnya. Dalam menggeluti bisnis ini, Click Portraiture memang sengaja tidak membuka studio foto. Kantornya sendiri ada di daerah Pondok Pinang, Jakarta Selatan.

Di kantor itu hanya ada studio kecil yang digunakan sebagai sampel. Menurutnya, jasa maternity photography tidak memerlukan studio foto karena ibu hamil jarang mau difoto di studio. Kebanyakan pemotretan dilakukan di rumah sang klien tersebut.

Makanya, dalam memberikan jasa ini ia dan timnya yang mendatangi pelanggan. "Ibu hamil itu kan sulit bepergian dan bergerak, makanya kami yang inisiatif datang," jelasnya.

Menurut Ephel, tidak ada teknik yang spesial yang diaplikasikan dalam pemotretan maternity photography. Yang penting, konsepnya harus indah dan klasik. Si ibu harus senang dan tidak boleh stres, sebab itu mempengaruhi hasil foto.

Usia kandungan yang ideal untuk dipotret sekitar enam bulan sampai delapan bulan. Saat itu perut si ibu sudah bagus untuk difoto. Bila di atas delapan bulan, khawatir si ibu terlalu lelah karena banyak bergerak.

Dalam melakukan pemotretan, Ephel dibantu  suaminya. Tapi jika sedang banyak order, ia juga melibatkan fotografer lain. Untuk urusan memotret ibu hamil, Ephel sendiri yang melakukannya. Sedangkan sang suami hanya membantu persiapan teknis.

Menurutnya, jika fotografernya seorang wanita, pelanggan lebih nyaman dan tidak kaku. Konsep tema, gaya, riasan wajah, dan kostum juga berasal dari ide Ephel. Sedangkan untuk teknik pencahayaan, properti, dan peralatan pendukung disiapkan oleh suaminya.

"Jumlah pelanggan sulit diprediksi. Dalam sebulan, rata-rata ada empat sampai enam ibu hamil yang kami foto di sekitaran Jabodetabek," katanya.  

Dengan konsumen sebanyak itu, Ephel dapat menghasilkan omzet hingga Rp 30 juta per bulan. Tarif pemotretan  berkisar antara Rp 3,5 juta hingga Rp 6 juta per sesi pemotretan, tergantung jumlah pose yang diminta, tema yang dipilih, dan album.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri