Bain batik tidak hanya membawa kebanggaan bagi pemakainya. Batik pun mampu memberi berkah lewat peluang bisnis yang menganga dari potensi pasar yang besar. Banyak pengusaha pakaian yang sukses lantaran menonjolkan batik sebagai ikon usaha fashion mereka. Salah satunya adalah Ferry Kurniawan. Setelah menyelesaikan kuliah D3 jurusan teknik informatika Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, Ferry mengadu nasib dengan menjadi pengusaha batik. Siapa yang menyangka, minimnya latar belakang keterampilan membuat batik maupun bisnis, tetap bisa mengantarkan pemuda ini pada kesuksesan. Hanya satu modalnya: cinta terhadap batik.
Awal meniti karier, Ferry hanya menjadi pengecer baju batik dari rekanannya selama setahun. Dari situ, Ferry memiliki pengalaman berbisnis. Hingga akhirnya di 2011, Ferry memberanikan diri membuat batik sendiri. Di usianya saat ini yang baru menginjak 28 tahun, Ferry telah menjalankan perusahaan sendiri bernama PT Batik Diajeng Solo. Ia memproduksi dan menjual berbagai jenis batik mulai batik printing, batik cap, hingga batik tulis solo merek Batik Diajeng Solo. Kini, dia mampu memproduksi sekitar 200 meter (m) batik printing, 100 meter batik cap, dan 50 meter batik tulis. Dari sekitar 200 m kain, Ferry bisa memproduksi sebanyak 80 produk pakaian batik jadi. Ia bilang, batiknya bisa dipesan secara lusinan. Perusahaannya menerima pesanan untuk seragam batik perusahaan, jaket, maupun kaus yang dipadukan dengan corak batik Solo. Ferry pun bisa mengkreasikan corak batik yang menampilkan logo perusahaan. Perusahaannya juga memproduksi perlengkapan bermotif batik untuk laptop, seperti tas laptop, tas gendong, dan lainnya. Ia membanderol harga batik printing senilai Rp 65.000 per potong, batik cap seharga Rp 120.000 per potong, dan batik tulis seharga Rp 200.000–Rp 250.000 per potong. Ia berujar, untuk pemesanan dalam jumlah lusinan atau per kodi, proses pengerjaan sekitar dua minggu. "Namun untuk batik tulis bisa sampai satu bulan, karena proses pembuatannya membutuhkan waktu lebih lama," ucapnya.
Ferry memiliki satu gerai di Solo untuk menjual semua produknya untuk pasar lokal. Selain itu, dia juga menjajakan batik lewat internet. Lewat toko online itulah, sebaran informasi mengenai usahanya menjadi sangat luas. Dia kerap mendapatkan pesanan dari luar negeri, seperti dari Jepang dan Malaysia. "Umumnya para pembeli paling meminati batik tulis," ujar dia. Dari bisnisnya ini Ferry bisa meraup omzet hingga Rp 100 juta per bulan. Itu jika pesanan dan penjualan sedang ramai. Namun jika sedang sepi, omzet yang dia terima hanya berkisar Rp 30 juta per bulan. Ferry mengatakan, batik buatannya memiliki ciri khas tersendiri dibanding dengan batik lain. Yakni, bahan batik yang dipilih adalah jenis katun prima. "Saya menjaga kualitas jahitan dan bahan baku kain dan motif batik yang khas di setiap produk," kata dia. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri