KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah kembali tergilas penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, mata uang Garuda di pasar spot ditutup dengan pelemahan kurs 0,5% menjadi Rp 14.553 per dollar AS. “Apa yang terjadi dengan pelemahan rupiah karena kondisi global,” kata Analis, PT Valbury Asia Futures, Lukman Leong kepada KONTAN, Senin (10/12). Adapun kondisi global yang dimaksud sebagai berikut.
Pertama, keadaan ekonomi global yang tertekan. Permintaan atas uang tunai dollar AS naik. Kedua, cuaca perang dagang AS dengan China masih gerah sampai saat ini. Kondisi ini makin runyam setekag ditangkapnya Chief Financial Officer (CFO) Huawei Technologies, Meng Wanzhou di Kanada atas permintaan AS. Analis Asia Trade Point Futures, Andri Hardianto menambahkan, rupiah melemah karena dipengaruhi oleh kegelisahan pemerintahan di Eropa terhadap sejumlah keputusan. Salah satunya, keinginan Italia mematok defisit transaksi 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2019, naik dari target sebelumnya 1,8%. Tetapi, Italia ingin meningkatkan biaya ekspansi untuk mencegah pelemahan ekonomi. Isu Brexit yakni tentang draf kesepakatan Inggris dengan Uni Eropa juga belum menemukan titik terang. “Ketidakpastian itu yang pada akhirnya membuat dollar diuntungkan,” Kata Andri kepada KONTAN, Senin (10/12). Aksi beli dollar AS juga tertolong kurs The Greenback yang sudah terpangkas pada pekan lalu. Proyeksi Selasa Untuk prediksi rupiah besok Selasa (11/12) Andri masih menunggu rilis data neraca dagang Bank Indonesia. "Pelaku pasar akan menanti hasil defisitnya,” kata Andri.