Berbagai pertimbangan menjatuhkan pilihan lomba lari di tahun ini



KONTAN.CO.ID - Sudah lima tahun terakhir Adita Irawati rajin ikutan lomba lari. Setidaknya, dalam sebulan ia ikut satu event lari, baik di dalam maupun luar negeri. Tapi, tujuan perempuan kelahiran 15 Februari 1971 ini bukan untuk naik podium alias mencari juara, bukan.

Bagi pelari kantoran alias amatir yang punya pekerjaan utama di kantor seperti dirinya, mengikuti  lomba lari akan memberikan motivasi berlatih dengan serius dan konsisten. Soalnya, ada target yang ingin Adita capai.

Selain itu lomba lari juga seperti alat untuk menguji kedisiplinan sekaligus performa. “Dalam lari, kita hanya menguji diri sendiri, bertanding dengan diri sendiri, tidak dengan orang lain,” kata Staf Khusus Presiden Joko Widodo ini.


Segendang sepenarian, Dewi Rachmat Kusuma bilang, dengan getol ikut lomba lari, dirinya jadi lebih semangat menekuni olahraga ini. “Dan, ada rasa ingin terus memperbaiki performa lari,” ujar jurnalis salah satu media online nasional yang dua tahun belakangan rajin mengikuti ajang lari.

Meski begitu, baik Adita maupun Dewi tidak asal ikut lomba lari. Keduanya sangat selektif.

Maklum, di tanah air saja ada banyak event lari. Saban minggu bisa ada belasan lomba lari yang berlangsung di beberapa kota dan daerah di Indonesia. Mulai road run, trail run, sampai virtual run.

Adita punya beberapa pertimbangan dalam memilih lomba lari yang akan ia ikuti. Pertimbangan pertama dan utama, tentu reputasi event tersebut.

“Ini berdasarkan pengalaman peserta yang mengikuti penyelenggaraan sebelumnya, pemberitaan media massa, pembicaraan di media sosial, tujuan acara, penyelenggaranya, rute dan medan lomba,” bebernya yang pernah mengikuti beberapa lomba ultra marathon atawa lari jarak jauh dengan jarak di atas 42 kilometer (km).

Kedua, waktu penyelenggaraan lomba. Sebab, Adita harus menyesuaikan dengan jadwal pekerjaan dan keluarga. Meski, belakangan dia agak sulit mengatur lantaran kesibukan pekerjaan sebagai Staf Khusus Presiden.

Ketiga, lokasi lomba yang mudah Adita jangkau, khususnya terkait transportasi dan penginapan acara di luar kota dan negeri. “Karena pelari kantoran, jadi harus sesuaikan dengan jadwal kerja. Makanya, lokasi lomba di Jakarta dan sekitarnya paling jadi incaran saya,” tambah Dewi.

Penyelenggara lomba, Dewi menambahkan, juga jadi pertimbangan utama dirinya dalam menjatuhkan pilihan. “Ini menentukan event lari tersebut bagus atau enggak, baik dari jersey, medali, hingga pelaksanaan di lokasi lomba,” ungkapnya yang baru saja mengikuti full marathon 42 km untuk pertama kalinya di HCMC Marathon 2019 yang berlangsung Ho Chi Minh City, Vietnam, 14 Januari lalu.

Soalnya, tidak sedikit pagelaran lomba lari yang membuat peserta kecewa berat. Contoh, Lombok Marathon 2018 yang berstatus event internasional. Banyak pelari tidak kebagian medali, walaupun mereka berhasil menyentuh garis finis di bawah cut off time (COT).

Sesuatu yang unik

Betul, reputasi jadi kunci untuk menyedot peserta lomba. Event lari yang memiliki nama baik yang jempolan sukses besar menarik ribuan hingga belasan ribu runner. Bahkan, hanya dalam hitungan hari bahkan jam saja, ribuan slot dengan harga ratusan ribu rupiah per orang ludes terjual.

Misalnya, 2XU Compression Run Indonesia 2018 yang digelar di daerah Tangerang Selatan, 2 Desember lalu. Meski untuk event tahun lalu penyelenggara sudah menambah slot jadi 9.000, dalam tempo 27 jam, seluruh kuota habis terjual. Tahun sebelumnya, jumlah peserta 6.000 pelari.

Nah, untuk bisa menyedot banyak pelari di tengah maraknya event lari di tanah air, sejumlah penyelenggara mau tidak mau harus menawarkan pengalaman lomba yang beda. Ambil contoh, Danamon Run dengan tagline Saatnya Pegang Kendali.

Paulus Budihardja, Ketua Penyelenggaraan Danamon Run sekaligus Head of Bancassurance Bank Danamon, menuturkan, peminat olahraga lari di Indonesia terus bertambah. Karena itu, Bank Danamon ingin menggelar lomba lari dengan konsep unik dan baru pertama kali ada di negara kita.

“Lahirlah kemudian Danamon Run dengan konsep Finishmu, Pilihanmu, di mana para peserta tidak perlu memilih jarak larinya ketika mendaftar, tapi bisa menentukan jarak finis saat berlari,” jelas dia.

Cara ini terbukti berhasil menyedot banyak pelari. Di tahun pertama penyelenggaraan pada 2017, ada 3.500 pelari yang ikut serta. Berikutnya, di pagelaran kedua atau 2018, Paulus menyebutkan, jumlah peserta bertambah 35% menjadi 5.000 pelari.

Anda ingin ikutan lomba lari juga? Berikut beberapa event yang layak masuk daftar Anda tahun ini:

  • Bank Jateng Borobudur Marathon
Lomba lari yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Bank Jateng, serta dikemas Harian Kompas ini mengusung konsep sportourism. Selain gaya hidup sehat, Aswito, Event Kompas, Bank Jateng Borobudur Marathon juga mengajak pelari untuk mempromosikan potensi daerah, baik destinasi, kuliner, maupun kekuatan lainnya.

Tahun lalu, lintasan atau rute Bank Jateng Borobudur Marathon sudah mengantongi sertifikat dari Association of International Marathon and Distance Races (AIMS). Lomba lari ini juga telah memperoleh sertifikat dari International Association of Athletics Federations (IAAF) yang berlaku selama lima tahun ke depan. Sertifikasi ini membuktikan, perhelatan tersebut telah memenuhi standar internasional.

Selain full marathon 42 km, Bank Jateng Borobudur Marathon juga melombakan kategori half marathon 21 km dan 10 km. Rute lomba ini melewati sejumlah desa di sekitar Candi Borobudur.

Untuk tahun ini, Kompas memasang target jumlah pelari sama dengan penyelenggaraan tahun lalu, yakni sebanyak 10.000 orang. “Pasti ada sesuatu yang beda untuk 2019. Tapi detailnya sedang kami diskusikan karena masih ada beberapa yang harus dipastikan,” kata Aswito.

Yang jelas, Bank Jateng Borobudur Marathon 2019 yang rencananya diselenggarakan 17 November mendatang tidak sekadar lomba lari. Ada pengalaman lebih yang bisa pelari dapatkan. Misalnya, mengadakan aktivitas yang berlangsung satu hari sebelum race. Alhasil, peserta merasa terkesan dan berbeda dengan Bank Jateng Borobudur Marathon.

  • Mandiri Jogja Marathon
Bank Mandiri sebagai penyelenggara lomba lari ini juga mengangkat konsep sportourism. Mandiri Jogja Marathon yang tahun ini memasuki tahun ketiga mengambil start dan finis di Taman Wisata Candi Prambanan.

Tahun lalu, event lari ini sukses menarik 8.000 pelari, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 6.500 runners. “Target peserta tahun ini pastinya meningkat dari tahun sebelumnya,” ujar Maristella Tri Haryanti, Vice President Corporate Communication Bank Mandiri, tanpa mau menyebut angka persisnya.

Salah satu kelebihan Mandiri Jogja Marathon, Maristella menuturkan, memadukan keistimewaan Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai tuan rumah.  “Kami akan padukan kebudayaan setempat dengan event larinya, juga kuliner lokal. Jadi, pelari bisa sekaligus mengeksplorasi kekayaan budaya setempat,” imbuh dia yang juga belum mau mengungkap tanggal pelaksanaan Mandiri Jogja Marathon 2019.

Pada 2018, Mandiri Jogja Marathon melombakan empat kategori: full marathon 42 km, half marathon 21 km, 10 km, dan 5 km.

Untuk full marathon, rute larinya melewati sembilan desa di wilayah Kabupaten Sleman, DIY, dan dua desa di Klaten, Jawa Tengah. Selain Candi Prambanan, rutenya juga melintasi Candi Plaosan dan Monumen Taruna untuk mengenang tentara taruna yang gugur melawan Belanda.

  • Maybank Bali Marathon
Bank Maybank juga menggelar lomba maraton yang berbeda. Esti Nugraheni, Head Corporate Communication & Branding Maybank, menyatakan, Maybank Bali Marathon jadi ajang atletik dengan sentuhan budaya pulau dewata, dengan pertunjukan kesenian atraktif.

Yang jadi salah satu keunggulan lomba lari yang sudah berlangsung sejak 2012 ini adalah, Majalah Runner’s World menobatkan Maybank Bali Marathon (MBM) masuk dalam 52 lomba maraton terbaik di dunia.

“Lalu sejak 2013, MBM menjadi lomba full marathon pertama di Indonesia yang berhasil memenuhi kualifikasi dalam official directory Boston Marathon. Boston Marathon adalah satu dari enam world major martahon series, selain Berlin, New York, London, Chicago, dan Tokyo Marathon,” tambah Esti yang sayang belum mau buka-bukaan soal waktu penyelenggaraan dan target peserta MBM di 2019.

Yang jelas, jumlah peserta MBM dari tahun ke tahun terus bertambah. Pada 2018, ada 10.500 pelari yang ikut lomba yang digelar September lalu.

Yang paling penting, sehabis lari jauh, sewaktu finis tetap happy, ya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan