Berbagi beban selamatkan anggaran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan pemerintah menambah anggaran subsidi bulat sudah. Ini sebagai konsekuensi atas keputusan pemerintah untuk menahan harga BBM bersubsidi jenis solar dan premium di tengah tren kenaikan harga minyak dunia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, tambahan anggaran subsidi tak banyak karena pemerintah hanya menambah subsidi untuk solar. "Kenaikan subsidi untuk solar hanya Rp 4,1 triliun," tandas Ani, panggilan karib Menkeu, Senin (12/3).

Tambahan Rp 4,1 triliun tersebut bersumber dari subsidi solar yang naik dari Rp 500 per liter menjadi Rp 1.000 per liter untuk konsumsi 16.320 ribu kiloliter (kl). Harapan Menkeu, ini bisa meringankan beban keuangan PT Pertamina (Persero).


Tapi, harus diakui, mininya anggaran tambahan subsidi energi yang harus ditanggung oleh Anggaran Belanja Negara (APBN) 2018, lantaran sebagian beban ditanggung oleh produsen batubara.

Keputusan pemerintah mematok atau meng-capping hargabatubara untuk kebutuhan pembangkit listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) yakni US$ 70 per ton turut mengangkat beban anggaran pemerintah atas subsidi energi khusus ke listrik karena tak bisa menaikkan tarif listrik.

Berdasarkan keterangan PLN, capping batubara membuat PLN bisa berhemat sampai Rp 20 triliun untuk kebutuhan batubara 89 juta ton. (KONTAN, 9 Maret 2018)

Menkeu mengatakan, sharing beban dilakukan pemerintah dan perusahaan energi. Jika solar untuk menjaga neraca keuangan Pertamina, harga acuan batubara untuk keuangan PLN.

Apalagi, pemerintah memutuskan menambah subsidi untuk 1 juta pelanggan 450 VA menjadi 24,1 juta pelanggan. Kami akan hitung kebutuhan PLN menambah 1 juta pelanggan baru, ujar Menkeu.

Sampai 28 Februari 2018, dengan alokasi subsidi Rp 156,2 triliun, realisasi subsidi mencapai Rp 9 triliun, melonjak 15.918% dibanding periode sama 2017 yang hanya Rp 100 miliar.

Pemerintah juga akan mengubah asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan nilai tukar rupiah. Asumsi ICP 2018 bisa US$ 55-US$ 60 per barel. Sedang kurs rupiah di kisaran Rp 13.500 per dollar AS.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, kenaikan harga minyak dunia memang dilematis bagi pemerintah. Satu sisi, opsi menambah anggaran subsidi energi akan mempengarui persepsi investor tentang investasi di Indonesia.

Di sisi lain, masyarakat juga ingin adanya stabilitas harga. "Jika harga minyak terus naik dan harga listrik naik, dikhawatirkan menggangu stabilitas harga. Ujungnya pengaruh ke prospek pertumbuhan, ujarnya.

Ekonom INDEF Bhima Yudistira memprediksi penambahan subsidi energi di APBN Perubahan 2018 akan menitikberatkan subsidi BBM. Pemberian subsidi Rp 1.000 per liter untuk solar rentan melebar ke premium. Sebagai catatan, piutang negara ke Pertamina kini sudah mencapai Rp 20 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi