JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak liar sepanjang perdagangan sesi I, Kamis (8/6). Mengacu data RTI, indeks terkoreksi tipis 0,01% atau 0,850 poin ke level 5.716,47. Tujuh indeks sektoral menyeret IHSG. Sektor agrikultur memimpin pelemahan 0,63%. Sedangkan, sektor perdagangan memimpin penguatan 0,34%. Tercatat 167 saham bergerak turun, 124 saham bergerak naik, dan 113 saham stagnan. Volume perdagangan 3,66 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 3,10 triliun.
Saham-saham top losers LQ45 antara lain; PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) turun 3,08% ke Rp 1.575, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) turun 2,52% ke Rp 8.700, dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk I(LSIP) turun 2,33% ke Rp 1.465. Saham-saham top gainers LQ45 antara lain; PT AKRA Corporindo Tbk (AKRA) naik 1,98% ke Rp 6.425, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) naik 1,92% ke Rp 2.660, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) naik 1,34% ke Rp 2.270. Pada perdagangan sesi pagi, investor asing membukukan aksi beli. Di pasar reguler net buy asing Rp 39,246 miliar dan Rp 55,946 miliar keseluruhan market. Asal tahu, IHSG sempat dibuka naik 0,03% pada level 5.719,03. "Sentimen dalam negeri yang terbilang positif menjadi salah satu faktor yang mendorong IHSG untuk bergerak di area positif," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere dikutip dari Antara. Nico Omer mengemukakan bahwa pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2018 dengan rentang yang cukup lebar antara 5,4-6,1%. Pertumbuhan ekonomi itu jauh lebih tinggi dibanding target tahun ini sebesar 5,1%.
"Pemerintah juga kian optimistis atas kenaikan peringkat lndonesia menjadi 'investment grade' oleh Standard & Poor's (S&P) dapat memperbaiki kepercayaan swasta dan meningkatkan aliran modal masuk ke indonesia," katanya. Kendati demikian, menurut Nico Omer, sentimen eksternal yang cenderung negatif, salah satunya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dapat menahan laju IHSG lebih tinggi. "Keputusan sejumlah negara Arab untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar menimbulkan kekhawatiran soal kesepakatan global untuk mengurangi produksi minyak," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto