Berbisnis bareng teman mesti satu hati



Anda yang sering wira-wiri ke bioskop tentu tahu beberapa waktu yang lalu ada film Indonesia berjudul Filosopi Kopi yang ditayangkan di bioskop dalam negeri. Film yang diangkat dari novel karangan Dee Lestari ini mengisahkan tentang bisnis kedai kopi yang dijalankan dua sahabat, Jody dan Ben.

Perjalanan bisnis dua sahabat ini tidak mulus lantaran Jody dan Ben punya pandangan yang berbeda soal cara mengelola kedai kopi. Jody berniat membesarkan kedai kopi dengan menggunakan gimmick marketing yang banyak digunakan pebisnis restoran lainnya, sementara Ben yang idealis soal kopi hanya memikirkan cara mengolah kopi yang terbaik.

Akibat perbedaan cara pandang dalam membesarkan bisnis tersebut, Jody dan Ben akhirnya pecah kongsi. Tapi tentu saja, film ini pada akhirnya berakhir bahagia.


Perseteruan antara Jody dan Ben memang hanyalah cerita di film. Meski begitu, cerita-cerita perseteruan antara dua teman yang berbisnis bersama juga kerap terjadi di sekitar kita. Malah, banyak kisah-kisah perseteruan bisnis yang berubah menjadi tindak pidana.

Mendirikan bisnis bersama teman memang memiliki keunggulan sendiri. Lantaran sebelumnya sudah berteman, Anda akan lebih mengenal karakter rekan Anda dan tahu cara menghadapinya. Sudah ada chemistry yang bisa digunakan untuk menjalankan usaha, Henky Eko Sriyantono, konsultan usaha.

Ini tentu berbeda bila menjalankan bisnis dengan orang lain yang belum terlalu lama dikenal. Bisa jadi, gaya menjalankan bisnis kedua pihak berbeda. Hal ini bisa membuat kedua pihak tidak puas dengan cara kerja pihak lainnya.

Tapi tentu saja, berbisnis bersama teman yang sudah akrab juga memiliki kekurangan. Lantaran merasa akrab, orang yang berniat memulai bisnis dengan temannya kerap menjadi lebih permisif. Akibatnya, perjanjian pembagian tugas antara pihak-pihak yang mendirikan bisnis juga menjadi tidak tegas.

Ini tentu bisa berdampak negatif di masa mendatang, terutama bila bisnis yang dijalankan ternyata tidak prospektif. Selain itu, bisa timbul kesulitan mencari siapa yang bertanggungjawab bila muncul masalah saat bisnis berjalan.

Karakter cocok Karena itu, orang-orang yang hendak memulai bisnis bersama rekannya harus tetap cermat. Jangan lantaran sudah berteman lama, Anda terbujuk memulai bisnis dengan teman tanpa pikir panjang.

Para konsultan usaha menuturkan, orang-orang yang berniat memulai bisnis bersama temannya juga perlu melakukan riset, sama seperti ketika memulai dengan orang lain. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mulai menjalankan bisnis.

Pertama, soal kecocokan. Kedua pihak harus memiliki kecocokan dalam hal chemistry untuk menjalankan bisnis bersama, jelas Cak Eko, panggilan akrab Henky Eko.

Kedua, Anda dan teman yang menjadi rekan bisnis harus memiliki kesamaan visi dan tujuan yang sama dalam berbisnis. Perbedaan visi dan tujuan bisa menimbulkan masalah dalam pengembangan bisnis nantinya.

Karena itu, pastikan Anda dan teman Anda bisa mengkompromikan tujuan berbisnis masing-masing. Misalnya teman Anda berbisnis untuk investasi. Sementara tujuan Anda berbisnis untuk mencukupi kebutuhan keluarga Anda. Jangan sampai kebutuhan keluarga jadi tidak bisa terpenuhi lantaran bisnis Anda dan teman Anda tidak berjalan dengan baik.

Ketiga, pertimbangkan juga potensi dan kemampuan masing-masing. Tentunya, Anda dan teman Anda berharap masing-masing akan memiliki hak dan tanggung jawab yang sama di dalam bisnis. Dengan mengetahui potensi dan kemampuan masing-masing, pembagian tugas dan tanggung jawab akan jadi lebih mudah. Meski berbisnis dengan teman, tetap harus profesional dan jelas pembagian pekerjaannya, kata Erwin Halim, konsultan usaha.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tadi, Anda dan teman Anda akan lebih mudah menjalankan roda bisnis. Selain itu, pembagian tugas hingga pembagian keuntungan nantinya akan lebih mudah. Selanjutnya, Anda bisa mulai mempersiapkan bisnis Anda.

Menentukan bisnis Dengan memperhatikan potensi dan kemampuan masing-masing pihak, Anda dan teman Anda bisa memutuskan bisnis apa yang cocok untuk dijalankan. Tentu saja, akan lebih baik jika bisnis yang dijalankan sesuai dengan keahlian yang dimiliki oleh orang yang berniat berbisnis. Risiko gagalnya jadi lebih kecil karena memang sudah punya keahlian di bisnis tersebut, kata Fauziah Arsiyanti, perencana keuangan dari Fahima Advisory.

Atau pebisnis juga bisa memilih menjalankan bisnis yang menjadi keahlian salah satu pendiri. Lebih mudah kalau ada salah satu pihak yang kompeten di bisnis yang akan dijalankan, sebut Cak Eko.

Selain itu, jangan lupa perhatikan juga potensi pasar bisnis yang akan dijalankan. Meskipun Anda dan teman Anda memiliki keahlian dalam bisnis yang Anda pilih, tetapi bila potensi pasarnya tidak menjanjikan, tentu lebih baik Anda pertimbangkan ulang rencana menjalankan bisnis tersebut.

Pembagian modal Pembagian modal merupakan salah satu hal yang penting dibicarakan bila hendak mendirikan bisnis bersama teman. Pembagian setoran modal dari semua pendiri harus ditetapkan secara tegas di awal. Sebab, ini bisa mempengaruhi kepemilikan saham masing-masing pihak di bisnis tersebut. Kepemilikan saham ini yang nantinya akan menentukan besar dividen yang diterima masing-masing pendiri bisnis tersebut.

Tentu saja, idealnya, besar modal yang disetor saat pertama kali memulai bisnis dibagi sama rata antarpendiri. Tapi pembagian modal bisa juga tergantung komitmen yang disepakati, jelas Cak Eko. Misalnya, dua pendiri sepakat menyetor modal uang masing-masing 50%. Sementara satu pendiri lagi tidak menyetor modal uang, namun ditugasi mengelola bisnis karena memiliki keahlian menjalankan bisnis tersebut.

Yang perlu diingat juga, jangan menggunakan dana kebutuhan keluarga untuk disetor sebagai modal usaha. Idealnya, gunakan dana lebih yang memang ditujukan untuk investasi. Dengan demikian, keuangan keluarga tidak terganggu.

Untuk mencegah risiko timbulnya masalah di kemudian hari, ada baiknya para pendiri bisnis membuat perjanjian terkait pembagian modal ini, hingga pembagian keuntungan nantinya. Bisa dibuat perjanjian kerjasama yang berisi kesepakatan-kesepakatan soal pembagian modal, tugas, hak dan kewajiban yang ditandatangani di atas materai, sebut Cak Eko.

Bila usaha semakin berkembang, para pendiri bisa menambah setoran modal. Setiap kali terjadi penambahan modal, ada baiknya perjanjian yang dibuat di awal tadi diperbarui.

Mengatur tugas Pembagian tugas saat menjalankan bisnis juga perlu dibicarakan sejak awal. Soal pembagian tugas ini juga bisa dimasukkan ke dalam perjanjian antarpendiri bisnis. Jadi, pembagian tugas dan kewajiban masing-masing pendiri harus tegas dan jelas.

Pembagian tugas ini terutama penting bila semua pendiri ingin terlibat aktif dalam bisnis tersebut. Bila semua pendiri terlibat aktif dalam bisnis, harus dibuat posisi struktural yang jelas. Supaya nanti tidak membingungkan yang mana pucuk pimpinannya, ucap Cak Eko.

Para pendiri juga harus menjalankan tugas sesuai dengan jabatannya masing-masing. Jangan sampai semua pendiri menjalankan tugas direktur utama, padahal sudah memiliki tugas masing-masing.

Cak Eko menuturkan, pada dasarnya akan lebih mudah bila tidak semua pendiri terlibat aktif dalam operasional. Justru yang baik adalah salah satu yang aktif dan yang satunya pasif, karena akan mempercepat akselerasi usaha, jelas dia.

Bagaimana bila para pendiri bisnis merasa tidak memiliki kemampuan dalam mengelola bisnis? Fauziah menuturkan, para pendiri bisnis bisa saja menggunakan jasa profesional untuk mengelola dan mengembangkan bisnis mereka. Tapi kalau mau sewa profesional, harus dipastikan memiliki dana bulanan yang besar, kata Zizi, sapaan akrab Fauziah. Pasalnya, biasanya biaya gaji profesional cukup besar.

Tetapi bila bisnis yang dijalankan termasuk skala mikro dan kecil, para pakar bisnis menyarankan jangan langsung menyewa tenaga profesional. Sebaiknya, di awal pendirian dikelola langsung pemiliknya, terang Erwin.

Dengan demikian, pemilik bisnis bisa mengembangkan bisnis tersebut sesuai dengan target dan tujuan yang ingin dicapai. Setelah bisnis tersebut berkembang dengan stabil, barulah pendiri menyerahkan kepada profesional.

Pembagian laba Pembagian keuntungan juga harus dibicarakan sejak awal. Lebih baik kalau pembagian laba ini juga dimasukkan dalam perjanjian antara Anda dan teman Anda saat awal berbisnis.

Ada dua macam pendapatan yang bisa diperoleh para pemilik bisnis. Pertama, bagian laba yang disetorkan ke pemilik usaha atawa dividen. Kedua, pendapatan berupa gaji bulanan. Pemilik bisnis bisa mendapat gaji bila ia terlibat aktif dalam operasional perusahaan.

Besaran pembagian dividen dan gaji ini tentu bisa dibuat berdasarkan kesepakatan para pemilik usaha. Sebaiknya para pihak mendapat honor sesuai pekerjaannya dalam bisnis tersebut dan mendapat pembagian hasil usaha menurut modal yang disetor, sebut Erwin.

Para pakar usaha sepakat sebaiknya pemilik bisnis tidak langsung mengambil porsi keuntungan untuk dividen atau gaji saat bisnis baru mulai berjalan. Idealnya, pemilik bisnis harus memastikan arus kas bisnisnya berjalan dengan baik dan stabil sebelum mulai mengambil untung dari usahanya. Yang paling penting menabung untuk kelangsungan usaha, karena pendapatan ke depan bisa turun naik, sebut Zizi.

Yang harus diingat, para pemilik bisnis harus tegas dan disiplin menjalankan kesepakatan yang dibuat di awal. Dengan demikian, perselisihan bisnis bisa dihindari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi