Berburu batik Medan di Kampung Tembung (2)



KONTAN.CO.ID - Meski Sumatra Utara (Sumut) terkenal dengan kain ulosnya, namun tak menutup peluang berkembangnya kain batik di sana. Kini, batik Sumut pun mulai mulai banyak dikenal. Masyarakatnya kerap  menggunakan kain batik ini sebagai seragam kantor ataupun pakaian untuk memperingati acara tertentu.

Permintaan kain batik pun terus berdatangan ke para perajin batik di Kampung Batik Tembung, Medan. Pesanan itu datang dari instansi pemerintah ataupun swasta. Namun, tak seperti batik yang berasal dari Pulau Jawa yang punya motif pakem, motif-motif batik di Sumatra dikembangkan oleh para perajin.  

Juhrita Kustiwi, pemilik Batik Sumatera Utara menjelaskan bila mereka kerap menyusun sendiri motif batik yang diinginkan tujuannya agar tidak sama dengan lainnya. Meski begitu, motif batik masih seputar motif tradisi alias khas Sumatra Utara. Tidak hanya itu, tidak jarang para pelanggan meminta untuk dibuatkan kain batik dengan warna tertentu.


Selain memproduksi kain batik, perempuan berhijab ini juga membuka workshop miliknya untuk kegiatan pelatihan pelajar hingga ibu rumah tangga. "Ada dua sekolah yang rutin berkunjung kesini untuk melihat dan belajar membatik per satu semester," katanya pada KONTAN.

Perempuan yang akrab dipanggil Tiwi ini memasang tarif Rp 10.000 per satu orang untuk pelatihan membatik. Peserta pelatihan bakal diajari membatik diatas kain sebesar sapu tangan. Sedangkan, kegiatan berkeliling tempat produksi hanya untuk melihat-lihat proses membatik tidak dipungut biaya.

Asal tahu saja, di studio kerjanya Tiwi membuat batik mulai dari proses cetak, pengisian warna, sampai dengan pewarnaan kain. Dia mengaku untuk menyelesaikan satu lembar kain dibutuhkan waktu sekitar empat hari.  

Lainnya, keterbatasan keahlian mereka akan membatik rupanya membuat sebagian perajin harus meningkatkan kemampuannya. Biasanya, perajin akan mengikuti training singkat di luar kota.

Seperti R. Edy Gunawan yang memilih singgah ke beberapa kota di Pulau Jawa seperti Tasikmalaya, Pekalongan, Yogyakarta dan Solo untuk belajar teknik hingga pewarnaan. Biasanya dia bakal menghabiskan waktu selama dua minggu disana."Disana saya bisa mengetahui cara mencanting yang benar, tahu teknik membatik lebih banyak karena saat ini pengetahuan kami masih terbatas," jelasnya pada KONTAN.

Selain itu, perjalanannya di Pulau Jawa juga digunakan untuk melihat-lihat bahan baku. Sekedar info, sekitar 80% bahan bakunya berasal dari Jawa. Maklum saja, lilin hingga cap batik tidak diproduksi di Medan.

Dia mengaku bila hal ini menjadi salah satu kendala usaha karena dibutuhkan waktu sekitar lima hari untuk mendatangkan bahan baku. Bila cuaca buruk waktu pengirimannya pun dapat lebih lama.

Hal ini pun juga dikeluhkan oleh Tiwi. Meski tidak perlu pergi ke Jawa untuk berbelanja bahan baku, waktu yang dibutuhkan untuk menunggu bahan baku datang cukup lama.

"Barang belum datang kami sudah harus pesan lagi saat ada pesanan dari konsumen ini untuk menjaga ketersediaan bahan baku padahal uang pembayaran dari konsumen belum kami terima penuh," jelasnya.               

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.