Berburu batu akik di Bengkulu (bag 1)



Jika Anda berkunjung ke Kota Bengkulu, tidak ada salahnya Anda mengunjungi sentra batu akik di kota ini. Lokasi penjualan yang berlokasi di Pasar Minggu, Kota Bengkulu ini bisa jadi adalah surga bagi para penggemar dan kolektor batu akik. Sebab, para pedagang di sentra ini menjual koleksi batu akik yang cukup beragam.

Sebut saja, batu akik merah siam, mata kucing, duri bulan, badar asem, cempaka lima manis, sungai dareh, batu gambar, batu teratai, dan batu bacan.

Letak sentra ini cukup strategis, tidak jauh dari pusat kota Bengkulu. Sentra ini konon telah ada sejak tahun 1980-an. Awalnya, hanya ada sekitar lima perajin batu akik yang berjualan di sentra ini tanpa menggunakan kios. Mereka hanya membawa mesin pengasahan dan meja kecil untuk memajang beberapa batu akik yang telah diasah.


Seiring berjalannya waktu, jumlah penjual makin banyak. Kini terdapat sedikitnya 20 pedagang yang menjajakan beraneka ragam batu akik di sentra ini. Rata-rata pedagang sudah memiliki kios, namun masih ada beberapa yang hanya membuka lapak di pasar tersebut dengan satu mesin asah dan meja kecil tempat memajang batu-batu akik.

Kios-kios tempat para pedagang batu akik ini berjualan tidak mewah seperti penjual permata yang mungkin biasa kita lihat di mal, bahkan terkesan kumuh. Namun jangan dulu memandang sebelah mata, sebab para penjual batu akik di sentra ini bisa meraup omzet ratusan ribu hingga jutaan rupiah per hari.

Erwin, salah satu pedagang batu akik di sentra ini, mengatakan, telah berjualan di tempat ini selama tiga tahun. Dia menjual beraneka ragam jenis batu akik seperti batu sungai dareh, bacan, dan batu gambar. Batu-batu tersebut dibanderol mulai dari harga Rp 75.000 hingga puluhan juta rupiah, tergantung dari jenis batu.

Erwin mengaku sejak tahun 2014, ia bisa meraup omzet Rp 1 juta hingga Rp 2 juta setiap harinya. “Tahun ini omzet naik, tapi sebelumnya omzet rata-rata hanya Rp 500.000 per hari,” kata dia.

Sementara Arnius, pedagang  lain yang telah berjualan di sentra itu sejak tahun 1987, mengaku mampu meraup omzet rata-rata per hari sebesar Rp 300.000. Sama halnya Erwin, ia menjual beraneka jenis batu, seperti batu gambar, merah siam, mata kucing, duri bulan, badar asam, dan batu lain yang dia asah sendiri dengan mesin asahan.

Arnius menjajakan batu-batu akik sembari juga menerima pesanan dari orang yang membawa batu sendiri dan  hanya minta di asah dan dipasangkan kerangka cincinnya.

Satu batu yang sudah berbentuk cincin dibanderol mulai harga Rp 75.000 hingga jutaan. Sedangkan untuk upah asah ia hargai Rp 15.000 per satu batu. “Kalau kerangka cincin dijual mulai dari Rp 25.000–Rp 100.000,” lanjut Arnius.

Adapun Benny Rama Darman, pedagang lain,  mengaku telah menjadi perajin dan penjual batu akik sejak 20 tahun yang lalu. Di kiosnya Toko Lima Saudara, dia banyak menerima upah asah ketimbang pembelian batu. Omzetnya  Rp 3 juta−Rp 6 juta per bulan.       n(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini