Berburu saham perdana di pengujung tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di pengujung tahun ini, setidaknya empat perusahaan siap melaksanakan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Agaknya, minat investor cenderung berkurang untuk melahap saham IPO di ujung 2017.

Selain dibayangi kemungkinan aksi window dressing terhadap saham existing, minat IPO berkurang lantaran laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jelang tutup tahun cenderung melambat.

Keempat perusahaan bersiap menggelar IPO pada Desember tahun ini adalah PT Panca Budi Idaman Tbk, PT Dwi Guna Laksana Tbk, PT Campina Ice Cream Industry Tbk, dan PT Jasa Armada Indonesia. Jadwal terdekat sesuai perkiraan, Panca Budi Idaman dan Dwi Guna Laksana akan go public pekan depan.


Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani melihat, animo pelaku pasar terhadap saham IPO menjelang akhir tahun tak sebesar kuartal sebelumnya. Ini bisa dilihat dari target perolehan dana perusahaan. Menjelang IPO, masih ada perusahaan yang memangkas target perolehan dana.

Panca Budi Idaman, misalnya. Produsen plastik ini menurunkan jumlah saham yang akan dilepas ke publik. Semula mereka bakal menjual 738,8 juta saham, namun direvisi menjadi 375 juta saham atau 20% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh. Dari aksi IPO, Panca Budi membidik dana Rp 318,75 miliar.

Riska membeberkan beberapa hal yang mempengaruhi turunnya animo investor terhadap saham IPO. Pertama, IHSG sudah naik cukup tinggi sejak awal tahun. Saat ini, IHSG cenderung konsolidasi. Kondisi ini membuat investor condong wait and see untuk masuk ke saham IPO.

Biasanya, debut perdana saham IPO dijadikan sasaran empuk untuk meraup cuan. Namun yang terjadi belakangan, banyak saham IPO menurun di hari pertama perdagangannya. Misalnya, GMF AeroAsia (GMFI), PP Presisi (PPRE), dan Wijaya Karya Bangunan Gedung (WEGE).

Dulu banyak oversubscribed, sekarang banyak undersubscribed, sehingga penawarannya lebih rendah. Ini membuat investor ambil langkah antisipasi. Mereka cemas di hari perdana malah turun. "Di akhir tahun ini, orang lebih memilih mempercantik portofolionya, kata Riska.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee juga menilai, pada akhir tahun ini investor cenderung melakukan window dressing. Dibandingkan dengan saham IPO, saham blue chip tentu lebih menarik. Apalagi, harga beberapa saham keping biru belum naik cukup tinggi seperti Telekomunikasi Indonesia (TLKM).

Prospek 2018

Tahun depan, Riska memproyeksikan, IHSG bergerak dalam tren bullish dan berpotensi menembus level 6.700–6.900. Oleh karena itu, peluang IPO di 2018 akan bagus. Tapi, ia tetap mengingatkan, agar perusahaan untuk memperhatikan momentum. Kuartal II dan III adalah saat yang tepat.

Di kuartal I biasanya belum ramai dan belum agresif. Ini bisa dilihat dari data historis tahun sebelumnya. Di akhir semester II juga cukup berat. Kita perlu perhatikan benturan kepentingan yang mungkin muncul di tahun politik, jelas Riska.

Agar saham IPO tak lagi turun didebut perdananya, Hans menyarankan, pelaku pasar mengubah pola pikir. Menurut dia, underwriter saham IPO harus bertindak sebagai liquidity provider dan penasehat keuangan.

Dus, underwriter harus mendampingi emiten hingga sahamnya likuid. Investor juga perlu mengubah pola pikirnya. IPO bukan momentum membeli saham untuk ambil untung, tapi memang harus dipegang untuk jangka panjang, jelas Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina