Berburu utang saat likuiditas makin ketat



JAKARTA. Meski kredit masih tumbuh lambat, namun hal itu tak mengurangi minat sejumlah bank menimba permodalan dari pasar obligasi. Lihat saja langkah PT Bank CIMB Niaga Tbk dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) yang akan menerbitkan obligasi pada kuartal II-2017.

Seperti diumumkan dalam keterbukaan informasi di situs PT Bursa Efek Indonesia, Kamis (3/8), manajemen CIMB Niaga akan merilis obligasi berkelanjutan II Bank CIMB Niaga Tahap II Tahun 2017 senilai Rp 2 triliun. Langkah ini merupakan bagian dari rencana penerbitan obligasi berkelanjutan CIMB Niaga senilai total Rp 8 triliun.

CIMB Niaga akan mulai menawarkan obligasinya tersebut pada periode 16-18 Agustus 2017. Dari hasil penerbitan obligasi tahap II itu, CIMB Niaga akan mengalokasikan seluruh dananya untuk ekspansi kredit.


Sebelumnya, emiten bersandi saham BNGA tersebut telah menerbitkan obligasi berkelanjutan II Bank CIMB Niaga Tahap I senilai Rp 1 triliun.

Kebutuhan dana CIMB Niaga memang cukup mendesak. Dalam riset yang ditulis Henry Wibowo, Analis Bahana Sekuritas di 1 Agustus lalu menyebutkan, rasio likuiditas, loan to deposit ratio (LFR) CIMB Niaga hingga semester I-2017 sudah berada di level 101,7%.

LDR CIMB Niaga kian mengetat dibandingkan tiga bulan sebelumnya atau di akhir Maret 2017 yang berada di posisi 98,5%. Adapun pada semester I-2016, LDR CIMB Niaga masih di posisi 96,5%.

Sampai akhir tahun 2017, Bahana Sekuritas menargetkan LDR CIMB Niaga turun ke level 98,7%, dan kembali turun ke posisi 97,9% pada akhir tahun 2018.

Likuditas mengetat

Perlu mendapat perhatian juga, komposisi dana murah (CASA) CIMB Niaga semakin meningkat yang tentu saja bisa memangkas biaya dana. Tercatat pada hingga Juni 2017, porsi CASA CIMB Niaga naik menjadi 54,32% dari tahun sebelumnya 51,99%.

Tidak mau kalah, OCBC NISP pun mempersiapkan penerbitan obligasi berkelanjutan II Bank OCBC NISP tahap II tahun 2017 senilai Rp 2,002 triliun pada Agustus ini. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, aksi korporasi tersebut bertujuan untuk mendorong ekspansi kredit perusahaan, terutama ke sektor manufaktur, jasa, dan perkebunan.

Bank yang terafiliasi dengan OCBC Group ini pun justru optimistis pertumbuhan kredit akan semakin menggeliat di kuartal III-2017. "Kami tetap dengan rencana menerbitkan obligasi sebesar Rp 2 triliun di kuartal III ini, walaupun harus diakui pertumbuhan ekonomi belum seperti yang diharapkan," kata Parwati kepada KONTAN, Jumat (4/8).

Hingga semester I-2017, kredit OCBC NISP tumbuh sebesar 17% menjadi Rp 100,6 triliun dari setahun sebelumnya yang sebesar Rp 86,2 triliun. Parwati optimistis, pertumbuhan kredit sampai akhir tahun 2017 ini bisa dijaga di atas 15%. "Perkiraan kami, akhir tahun bisa tumbuh di level setara," imbuh Parwati yakin.

Hingga akhir Juni 2017, LDR OCBC NISP semakin mengetat dan berada di posisi 94,3%, meningkat dari setahun sebelumnya di level 92,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini