Berdandan demi mencegat peluang di jalan bebas hambatan Trans Jawa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. 'Pintu ajaib' rupanya tidak hanya milik Doraemon. Di dunia nyata, jalan tol Trans Jawa pun ibarat 'pintu ajaib' yang mampu mendatangkan segudang harapan baru dan peluang bagi pemerintah daerah.

Kawasan yang berada di sepanjang koridor Trans Jawa, terutama di wilayah yang dekat pintu keluar (exit toll) berpeluang menjadi kawasan industri. Selain itu, kunjungan wisatawan domestik dan internasional bisa menanjak drastis dengan tersambungnya jalur tol Trans Jawa. Dengan waktu tempuh perjalanan antar-daerah lumayan singkat serta kondisi jalanan mulus, para pengunjung semakin mudah dan nyaman menyambangi dari satu daerah ke daerah lainnya.

Jalur tol Trans Jawa membentang dari ujung barat hingga timur Jawa, melewati 40 kabupaten/kota di lima provinsi. Dari Banten, misalnya, tol Trans Jawa beririsan dengan Kabupaten Cilegon, Kabupaten dan Kota Serang serta Kabupaten Tangerang. Setelah melalui ibukota Jakarta, jalur tol Trans Jawa menjangkau delapan kabupaten kota di Jawa Barat, antara lain Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang hingga Kabupaten Majalengka.


Adapun di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tol Trans Jawa menjejak masing-masing 14 kabupaten/kota di kedua provinsi tersebut.

Tol Trans Jawa membuka harapan, termasuk munculnya lapangan kerja di wilayah koridor Trans Jawa. Secara total, jumlah penduduk dari 40 kabupaten/kota di lima provinsi itu mencapai 61,79 juta jiwa. Angkatan kerjanya 30,61 juta, dengan angka pengangguran terbuka sebanyak 2,07 juta.

Kini, ada peluang di depan mata. Pemerintah daerah mulai sibuk merancang pengembangan daerah dengan memanfaatkan akses tol Trans Jawa. Apalagi, dengan populasi penduduk dan angkatan kerja yang cukup besar, kehadiran Trans Jawa begitu strategis bagi daerah.

Tim Jelajah Ekonomi KONTAN juga menelusuri sejumlah daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sedang bersolek. Di tanah Pasundan, misalnya, ada nama Kabupaten Majalengka yang mulai berkibar, sejak beroperasinya Bandar Udara Internasional Kertajati.

Konsep modern yang menyerupai Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta itu menyita perhatian masyarakat. Namun, hingga kini frekuensi penerbangan di bandara itu masih terbatas, hanya 11 rute penerbangan.

Nah, sejak akses tol Trans Jawa terbuka, Majalengka kembali disorot. Banyak opini menyebutkan Bandara Kertajati sulit mendapatkan penumpang lantaran waktu tempuh antar-daerah melalui darat lebih cepat.

Toh, Muhammad Singgih, Direktur Keuangan dan Umum PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) menepis opini itu. Kehadiran tol Trans Jawa justru bisa mendatangkan penumpang di Bandara Kertajati. Alasannya, jarak tempuh ke bandara lebih cepat. Mereka membidik pengguna dari Indramayu, Kuningan, Cirebon dan Majalengka, Jawa Barat.

Adanya gerbang masuk dan keluar tol Trans Jawa juga turut mendukung rencana BIJB untuk membuka kawasan industri Aerocity. Lokasinya berada di belakang bandara serta dekat ruas tol Trans Jawa sehingga akan memangkas waktu tempuh kendaraan menuju area industri. Misalnya, dari Tegal ke kawasan industri Aerocity hanya perlu waktu 1,5 jam.

BIJB menyiapkan lahan 3.200 hektare (ha) untuk membuka kawasan industri Aerocity. Kawasan itu dibagi menjadi tujuh kluster yakni aerospace part atau pusat industri kedirgantaraan, logistic hub, business part (perkantoran dan perbankkan), theme park, technology creative center, energy center, dan residensial.

Pengelola kawasan ini akan membuka kluster pertama untuk residensial. PT PP Properti Tbk akan menjadi pengembangnya. "Bulan-bulan depan seharusnya sudah groundbreaking," kata Singgih.

Kabupaten Batang, Jawa Tengah, juga tampil gesit. Bupati Batang, Wihaji, membentuk tim percepatan investasi untuk menyiapkan materi dan strategi pengembangan potensi ekonomi daerah. "Kami punya potensi industri dan wisata dan saya welcome dengan investasi," ungkap dia kepada KONTAN, belum lama ini.

Memang, wilayah di sepanjang pantai utara ini menjadi salah satu lokasi yang seksi. Apalagi, Batang punya PLTU terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 2 x 1.000 MW. Selain itu, Upah Minimum Kabupaten (UMK) Batang relatif rendah yakni Rp 1,9 juta per bulan. Harga tanah pun terjangkau dan menekan biaya produksi.

Pemanis lainnya, Batang menyiapkan tiga lokasi bakal kawasan industri. Pertama, di dekat Pantai Celong Kecamatan Banyuputih. Kedua, di Kecamatan Tulis dan ketiga di Kecamatan Kademan dekat PLTU.

Khusus kawasan industri Banyuputih akan dibuat konsep transit oriented development (TOD) yang kelak menjadi sentra lokasi usaha pelaku usaha kecil menengah (UKM). Target pasarnya adalah pengguna jalan tol Trans Jawa. Tak hanya menjadi sentra UKM, kawasan industri ini berfungsi sebagai tempat wisata karena dekat Pantai Celong. Pengunjung bisa santai menikmati pemandangan laut, plus menyantap kuliner khas Batang dan berbelanja produk UKM setempat.

Batang telah mengusulkan ketiga lokasi itu ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, juga Presiden Joko Widodo. Batang sedang menyelesaikan persyaratan administrasi tata ruang wilayah (RTRW) dan mengajukan revisi Perda Tata Ruang.

Pemkab Batang mendekati beberapa calon investor. Hasilnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KWI) menjadi pengelola kawasan industri. Batang juga menyasar investor asal China, Korea Selatan dan Malaysia. "Intinya mereka (investor asing) tertarik," jelas Wihaji.

Bergeser ke Jawa Timur, wilayah yang kini bersolek adalah Kabupaten Ngawi. Tak ingin ketinggalan booming Trans Jawa, Ngawi mengemas strategi untuk mengerek potensi ekonomi daerah. Pemkab Ngawi optimistis wilayahnya bakal menjadi sasaran kunjungan wisatawan dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan wilayah lain sejak ada gerbang masuk dan keluar jalan tol Trans Jawa.

Untuk memaksimalkan potensinya, Ngawi akan merevitalisasi destinasi wisata. Contohnya Benteng Van den Bosch atau Benteng Pendem. Memang bekas benteng pertahanan tentara Belanda ini masih kokoh, tapi bagian dalamnya rapuh. Dulu ini merupakan benteng pertahanan tentara Belanda di bawah kepemimpinan Jenderal Johannes graaf van den Bosch.

Pemkab Ngawi akan menggandeng Kelompok Sadar Wisata dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) untuk mengangkat potensi pariwisata setempat. "Ini menjadi akselerasi untuk membuat objek wisata menjadi unggulan daerah," kata Ony Anwar, Wakil Bupati Kabupaten Ngawi.

Seperti halnya Batang, Ngawi juga bakal menggiring para investor untuk menanamkan modalnya di kawasan industri. Ngawi telah menyiapkan 1.200 ha sebagai kawasan industri yang dibagi tiga kluster yakni industri berat, industri berpolusi sedang serta industri berpolusi ringan.

UMK Ngawi yang cukup rendah, yakni Rp 1,6 juta per bulan, juga menjadi daya tarik agar investor mau membangun pabrik. "UMK kami terendah nomor lima se-Jawa Timur dan tetap lebih rendah dari UMK di kawasan industri Solo dan Semarang," ungkap Ony.

Ngawi mendorong kalangan UKM untuk memanfaatkan tol Trans Jawa. Pemkab Ngawi ingin mengajak pelaku UKM kuliner masuk rest area di ruas jalan tol Ngawi-Kertosono. Mereka bisa menjual makanan khas Ngawi.

Upaya ini untuk mengerek omzet UKM kuliner yang menyusut sejak akses Trans Jawa terbuka. Bukan hanya pemodal kakap, tentu pelaku UKM ingin menikmati efek gulir tol Trans Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat