Berdayakan kaum marginal lewat misi Dreamdelion



JAKARTA. Apakah Anda mengenal dandelion? Tanaman ini sering dijuluki bunga mungil bertopi putih. Hembusan angin akan membawa bunga ini terbang dan menyebar mengikuti angin. Filosofi bunga inilah yang menginspirasi Alia Noor Anoviar untuk membaur sekaligus berguna di masyarakat. Ia pun merintis proyek pemberdayaan masyarakat di Manggarai dengan nama Dreamdelion sejak tahun lalu.Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia ini menerapkan konsep bisnis sosial di Manggarai. Berdasar risetnya,  Manggarai termasuk daerah kumuh dengan masalah yang kompleks. Meskipun letaknya dekat dengan pusat kota Jakarta, namun Manggarai masih bergumul dengan kemiskinan, kriminalitas, dan banjir. Program ini diawalinya dengan membentuk Sanggar Anak Manggarai. Di sana, Alia bersama rekan-rekannya memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak di Manggarai. Empat bulan berjalan, modal pun habis.Ia memutar otak untuk mendapatkan dana. Akhirnya, ia terinspirasi memberdayakan sumber daya yang ada, yaitu para ibu rumah tangga yang menganggur. "Saya coba berdayakan mereka, supaya sanggar bisa punya dana, sekaligus para ibu mendapat pemasukan,” kisah perempuan kelahiran 21 tahun silam ini.Para ibu dilatih menyulap barang-barang tidak terpakai menjadi produk berguna, seperti sarung dari baju bekas, dan kerajinan gantungan kunci. Seiring waktu produk yang dibuat terus bertambah. Kini, Dreamdelion mampu memproduksi perlengkapan seperti tas, boneka, bando, dan berbagai aksesoris. Produk itu dijual Rp 10.000-Rp 150.000 per buah. Kata Alia, Dreamdelion bisa mengantongi omzet Rp 10 juta saban bulan. Sejatinya, tidak mudah bagi Alia merintis program ini. Saat memulai proyek, warga Manggarai rata-rata tak percaya dengan konsep yang dia tawarkannya. "Warga pesimis, karena mahasiswa seperti saya tidak langsung memberi bantuan biaya yang mereka harapkan," tuturnya.Namun, Alia pantang mundur. Ia rela mengetok satu persatu rumah warga untuk menyampaikan misi sosial Dreamdelion. Awalnya, gadis kelahiran Surabaya ini hanya berhasil meyakinkan tujuh ibu rumah tangga. Kini, sudah ada 15 ibu yang pandai membuat kerajinan. “Saya berusaha menumbuhkan kreativitas mereka mengolah barang tar terpakai menjadi bernilai jual,” ungkapnya.Tak berhenti di Manggarai, Alia bertekad Dreamdelion juga bisa menjangkau daerah lain. Bahkan, ia berharap program yang dirintisnya bisa diikuti orang lain. "Saya senang mendengar ada sekelompok mahasiswa yang mendirikan program sejenis di Dayeuh Kolot, Bandung. Semoga semakin banyak masyarakat marginal  yang terjangkau,” ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini