Berdayakan tuna rungu lewat kerajinan karung goni



Tergerak untuk bisa memberdayakan anak-anak berkebutuhan khusus agar bisa mandiri dan menghasilkan pendapatan, Madya P. Andang menggagas usaha kerajinan tangan bernama Regis Craft. Wanita yang juga berprofesi sebagai dokter gigi ini mulai mengumpulkan anak-anak tuna rungu sejak 2011.

Dia memutar otak untuk mencari usaha yang cocok bagi mereka namun juga menarik dan bisa diterima. "Kami ingin memiliki ciri khas. Untuk itu, saya  mencoba memanfaatkan produk-produk berbahan limbah karena ramah pada lingkungan," kata dia.

Perempuan asal Jawa Timur ini akhirnya menentukan pilihan untuk mengolah limbah karung goni menjadi produk kerajinan tangan cantik dan fungsional serta memiliki nilai jual. Produk yang dihasilkan mulai dari sarung bantal, taplak meja, hiasan dinding, hingga tas.


Saat ini dia memberdayakan lima anak berkebutuhan khusus di rumahnya di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Jika sedang mendapat banyak pesanan, dia meminta bantuan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk mengerahkan para siswa membantu pembuatan kerajinan tangan ini.

Harga jual produk ini mulai dari Rp 50.000-Rp 500.000 per buah, tergantung tingkat kerumitan dan ukuran. Saat ini sudah banyak pesanan untuk produk aksesori rumah dari para pejabat pemerintahan seperti dari Walikota Jakarta Selatan, Walikota Jakarta Utara, maupun dari Gubernur Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok.

Madya bilang, dia tak pernah belajar atau mengikuti pelatihan untuk mengolah produk kerajinan ini. Semuanya dilakukan dengan bereksperimen sendiri. Bahan baku karung goni dia peroleh dari pemasok di Jawa Timur. Sebelum digunakan, karung goni harus dibersihkan terlebih dulu dan direndam selama satu hari agar kain yang kasar bisa rontok.

Pada pagi hari, karung goni direbus dengan api kecil selama satu jam untuk menghilangkan bakteri dan kain menjadi lembut. Selanjutnya, cuci karung dengan menggunakan pewangi dan pelembut kemudian dijemur hingga kering. Setelah itu karung di sikat dan di potong menjadi beberapa bagian agar dapat diolah menjadi kerajinan.

Menurutnya, mendidik anak-anak berkebutuhan khusus ini tidak sesulit seperti yang diperkirakan sebelumnya. Langkah-langkah dan cara pembuatan harus dijelaskan secara detil agar mereka mengerti. "Setiap langkah harus jelas. Barang-barangnya harus dibuka satu per satu agar mereka tahu cara pembuatannya," ungkapnya. Kini, Madya malah lebih fokus menjalankan usaha ini ketimbang membuka praktik dokter gigi.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini