KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Berdikari hari ini melangsungkan pertemuan dengan Agricultural and Processed Food Products Exports Development Authority (APEDA) asal India di Jakarta, Selasa (17/9). Pertemuan tersebut, kata Direktur Utama Berdikari, Eko Taufik Wibowo, membawa misi mendekatkan delegasi perdagangan India dengan pemerintah Indonesia dalam hal bisnis impor daging. Baca Juga: Berdikari tunggu rekomendasi Kementan untuk impor daging sapi dari Brasil "Para delegasi ini sudah datang sejak kemarin dan bertemu dengan Menteri Perindustrian. Hari ini, pertemuan membahas kesempatan bisnis dengan Berdikari terutama dalam hal impor daging," jelas Eko, Selasa (17/9). Pertemuan ini merupakan bagian dari usaha pemerintah memenuhi kebutuhan daging domestik yang memiliki gap yang terjadi pada masyarakat menengah ke bawah sebanyak 200.000 kebutuhan. Eko berkata, dari 600.000 kebutuhan daging domestik, pemerintah hanya dapat menyediakan 400.000 kebutuhan. Berdikari sendiri mendapatkan jatah kuota impor daging sapi asal Brasil sebesar 10.000 ton. Dua BUMN lainnya, yakni Perum Bulog dan PT PPI masing-masing sebesar 30.000 ton dan 10.000 ton Eko melanjutkan, pihaknya bekerjasama mengimpor daging kerbau asal India untuk melengkapi kuota impor. Daging kerbau sendiri dinilai memiliki efek signifikan menurunkan harga karena murah dan kualitasnya cocok untuk industri pangan. Baca Juga: Belum Ada Jaminan Sehat dan Halal, Impor Daging Sapi Brasil Terkendala premium "Daging kerbau ini murah dan cocok untuk industri juga, seperti pembuatan sosis dan lain-lain. Kami bisa melepas daging kerbau ke distributor sekitar Rp 60.000/kg dan distributor melepas ke toko di kisaran Rp 74.000 - 75.000/kg. Pemerintah sendiri menetapkan maksimal harga jual Rp 80.000/kg," lanjut Eko. Ke depannya, Eko berharap gap kebutuhan daging yang terjadi bisa ditangani oleh peternak lokal. Dirinya menargetkan setidaknya 2-3 tahun ke depan, gap kebutuhan daging tidak terus dipenuhi dari impor. Di sisi lain, Berdikari melihat dengan adanya kerjasama antara APEDA ini, pihaknya bisa menggandeng suplier terpercaya dan berkualitas untuk memenuhi kuota daging impor secara B2B. Sementara dari sisi lainnya, secara makro, kerjasama di bidang ekonomi berlanjut dengan pembelian batubara dan sawit yang dilakukan India. "Jadi secara makro bisa ada keseimbangan dan mampu memberi kontribusi," tandasnya.
Berdikari bertemu delegasi perdagangan India bahas impor daging
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Berdikari hari ini melangsungkan pertemuan dengan Agricultural and Processed Food Products Exports Development Authority (APEDA) asal India di Jakarta, Selasa (17/9). Pertemuan tersebut, kata Direktur Utama Berdikari, Eko Taufik Wibowo, membawa misi mendekatkan delegasi perdagangan India dengan pemerintah Indonesia dalam hal bisnis impor daging. Baca Juga: Berdikari tunggu rekomendasi Kementan untuk impor daging sapi dari Brasil "Para delegasi ini sudah datang sejak kemarin dan bertemu dengan Menteri Perindustrian. Hari ini, pertemuan membahas kesempatan bisnis dengan Berdikari terutama dalam hal impor daging," jelas Eko, Selasa (17/9). Pertemuan ini merupakan bagian dari usaha pemerintah memenuhi kebutuhan daging domestik yang memiliki gap yang terjadi pada masyarakat menengah ke bawah sebanyak 200.000 kebutuhan. Eko berkata, dari 600.000 kebutuhan daging domestik, pemerintah hanya dapat menyediakan 400.000 kebutuhan. Berdikari sendiri mendapatkan jatah kuota impor daging sapi asal Brasil sebesar 10.000 ton. Dua BUMN lainnya, yakni Perum Bulog dan PT PPI masing-masing sebesar 30.000 ton dan 10.000 ton Eko melanjutkan, pihaknya bekerjasama mengimpor daging kerbau asal India untuk melengkapi kuota impor. Daging kerbau sendiri dinilai memiliki efek signifikan menurunkan harga karena murah dan kualitasnya cocok untuk industri pangan. Baca Juga: Belum Ada Jaminan Sehat dan Halal, Impor Daging Sapi Brasil Terkendala premium "Daging kerbau ini murah dan cocok untuk industri juga, seperti pembuatan sosis dan lain-lain. Kami bisa melepas daging kerbau ke distributor sekitar Rp 60.000/kg dan distributor melepas ke toko di kisaran Rp 74.000 - 75.000/kg. Pemerintah sendiri menetapkan maksimal harga jual Rp 80.000/kg," lanjut Eko. Ke depannya, Eko berharap gap kebutuhan daging yang terjadi bisa ditangani oleh peternak lokal. Dirinya menargetkan setidaknya 2-3 tahun ke depan, gap kebutuhan daging tidak terus dipenuhi dari impor. Di sisi lain, Berdikari melihat dengan adanya kerjasama antara APEDA ini, pihaknya bisa menggandeng suplier terpercaya dan berkualitas untuk memenuhi kuota daging impor secara B2B. Sementara dari sisi lainnya, secara makro, kerjasama di bidang ekonomi berlanjut dengan pembelian batubara dan sawit yang dilakukan India. "Jadi secara makro bisa ada keseimbangan dan mampu memberi kontribusi," tandasnya.