JAKARTA. PT Berdikari berencana mengurangi porsi bisnis pembibitan sapi. Alasannya bisnis pembibitan sapi dinilai tidak menguntungkan ditengah pelemahan rupiah yang terus terjadi sehingga biaya menjadi membengkak. Porsi bisnis pembibitan sapi Berdikari saai ini mencapai 30%, sedangkan 40% berasal dari daging olahan dan 30% lagi berasal dari bisnis penggemukan sapi. Tanpa menyebut angka pasti, Direktur Utama Berdikari, Librato El Arif mengatakan, idealnya porsi bisnis pembibitan tidak sampai 30%. "Harga bibit impor US$ 2,9 ditambah bea masuk (BM) sebesar 5%. Ongkos produksi juga harus dihitung," katanya, Selasa (17/3) Selama ini Berdikari mengandalkan bibit lokal ketimbang bibit impor. Komposisi bibit lokal mencapai 80% dan impor bibit sebesar 20%. Tahun ini perusahaan ini akan melakukan impor bibit dari Australia sebanyak 2.000 ekor. Angka ini disebut lebih rendah realisasi tahun lalu sebab perusahaan tengah menanggung biaya impor lebih tinggi. Tekanan mata uang rupiah terhadap dollar AS membuat ongkos pembibitan bakal lebih mahal.
Berdikari turunkan porsi bisnis pembibitan sapi
JAKARTA. PT Berdikari berencana mengurangi porsi bisnis pembibitan sapi. Alasannya bisnis pembibitan sapi dinilai tidak menguntungkan ditengah pelemahan rupiah yang terus terjadi sehingga biaya menjadi membengkak. Porsi bisnis pembibitan sapi Berdikari saai ini mencapai 30%, sedangkan 40% berasal dari daging olahan dan 30% lagi berasal dari bisnis penggemukan sapi. Tanpa menyebut angka pasti, Direktur Utama Berdikari, Librato El Arif mengatakan, idealnya porsi bisnis pembibitan tidak sampai 30%. "Harga bibit impor US$ 2,9 ditambah bea masuk (BM) sebesar 5%. Ongkos produksi juga harus dihitung," katanya, Selasa (17/3) Selama ini Berdikari mengandalkan bibit lokal ketimbang bibit impor. Komposisi bibit lokal mencapai 80% dan impor bibit sebesar 20%. Tahun ini perusahaan ini akan melakukan impor bibit dari Australia sebanyak 2.000 ekor. Angka ini disebut lebih rendah realisasi tahun lalu sebab perusahaan tengah menanggung biaya impor lebih tinggi. Tekanan mata uang rupiah terhadap dollar AS membuat ongkos pembibitan bakal lebih mahal.