Berdikir bidik Rp 240 miliar dari kakao olahan



JAKARTA. Bisnis kakao milik PT Berdikari (Persero) semakin manis. Tahun ini, Berdikari menargetkan pendapatan dari kakao naik tiga kali lipat menjadi Rp 240 miliar. Padahal tahun lalu, pendapatan dari penjualan kakao hanya Rp 70 miliar.

Kenaikan pendapatan ini merupakan berkah Berdikari yang tak lagi berjualan biji kakao. Tahun ini, Berdikari mulai mengekspor kakao olahan seperti cocoa butter, cocoa liquor dan cocoa cake. "Mulai tahun ini, produk yang kita jual adalah kakao olahan setengah jadi," kata Siti Marwa, Direktur Keuangan dan Administrasi PT Berdikari, Selasa (20/8).

Sejak Mei 2013, Berdikari sudah mengekspor kakao olahan. Tiap bulan, jumlah kakao olahan milik Berdikari yang diekspor mencapai 120.000 hingga 160.000 ton. Kakao olahan ini dipasarkan di negara-negara Eropa seperti Belanda, Spanyol dan Inggris.


Alasan utama Berdikari sudah tak menjual kakao dalam bentuk biji tersebut karena tingginya bea keluar yang diterapkan pemerintah sejak tahun 2010. Penerapan bea keluar ekspor biji kakao menjadikan harga kakao Indonesia di pasar internasional tak lagi kompetitif karena pengusaha masih harus dibebani dengan bea keluar itu.

Sebagai perbandingan, harga biji kakao per Juli 2013 di bursa New York Board of Trade sebesar US$ 2.209,93 per metrik ton (MT). Sementara harga kakao olahan seperti cocoa butter dibanderol US$ 5.400 per ton. Harga cocoa cake berada di kisaran US$ 1.630 per ton. 

Untuk memacu produksi kakao olahan, Berdikari menggandeng dua perusahaan pengolah kakao yang berlokasi di Sulawesi, yakni PT Unicom dan PT MBKI. Kapasitas olah mencapai 2.000 ton biji kakao per bulan.

Untuk bahan baku bijinya, Berdikari mendapatkan suplai dari petani dan pengepul di beberapa sentra produksi kakao dalam negeri seperti Palu dan Kolaka. Berdikari membeli biji kakao dari para petani antara Rp 21.000 hingga Rp 22.000 per kg. "Tergantung kualitas," kata Siti.

Berdikari akan mengevaluasi ekspansi bisnisnya yang berlangsung dalam setahun ini. Jika ekspor kakao olahan semakin bagus, Berdikari berniat untuk melakukan akuisisi atau membangun pabrik pengolahan kakao. "Kami lihat dahulu," kata Alvin Purnadi, Direktur Operasional dan Pemasaran PT Berdikari.

Sampai akhir tahun ini, Berdikari mengincar pendapatan Rp 800 miliar. Nilai itu naik 77,7% dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 450 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fitri Arifenie