JAKARTA. Pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) membuat pasar obligasi akan semakin ramai di semester II-2017. Hal ini akan menambah ketat persaingan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun emiten memperebutkan dana saat penerbitan surat utang. Anil Kumar Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia mengatakan, fenomena ramainya penerbitan obligasi diakibatkan rendahnya suku bunga. Hal ini tentu dimanfaatkan institusi perbankan maupun multifinance untuk mendapat dana tambahan dari obligasi. Seperti, PT Bank Maybank Indoensia Tbk (BNII) menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap I Tahun 2017 senilai Rp 500 miliar pada 3 Juli silam. Ditanggal yang sama, PT Chandra Sakti Utama (CSUL) merilis Obligasi I CSUL Finance Tahun 2017 senilai Rp 500 miliar.
Berebut dana, pemilik obligasi harus atur strategi
JAKARTA. Pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) membuat pasar obligasi akan semakin ramai di semester II-2017. Hal ini akan menambah ketat persaingan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun emiten memperebutkan dana saat penerbitan surat utang. Anil Kumar Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia mengatakan, fenomena ramainya penerbitan obligasi diakibatkan rendahnya suku bunga. Hal ini tentu dimanfaatkan institusi perbankan maupun multifinance untuk mendapat dana tambahan dari obligasi. Seperti, PT Bank Maybank Indoensia Tbk (BNII) menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap I Tahun 2017 senilai Rp 500 miliar pada 3 Juli silam. Ditanggal yang sama, PT Chandra Sakti Utama (CSUL) merilis Obligasi I CSUL Finance Tahun 2017 senilai Rp 500 miliar.